1. Pengenalan pada seni

Keinginan manusia untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif melalui seni adalah pencarian yang terus berlanjut selama beribu-ribu tahun. Seni adalah sesuatu yang menstimulasi pikiran, emosi, keyakinan, atau ide seseorang melalui indera. Namun, ada berbagai tujuan untuk menciptakan karya seni, sebagian besar mencakup kebutuhan untuk mengkomunikasikan gagasan dan mengekspresikan diri. Ini bisa untuk mengirim pesan politik, spiritual ataupun filosofis, untuk menciptakan rasa keindahan (estetika) atau untuk menghasilkan emosi yang kuat pada penggemar.

Sementara seorang seniman mungkin memiliki kecintaan yang tulus pada seni, niat di balik seni umumnya termasuk dalam beberapa kategori yang meliputi, kebutuhan untuk mengekspresikan diri, mendukung visi, kebutuhan untuk apresiasi dan / atau keuntungan materi.

Namun, apa tujuan sebenarnya dari seni dan dengan tujuan apa seorang seniman harus menciptakan suatu karya seni?

Sesuai dengan sains Spiritualitas, tujuan utama hidup adalah bertumbuh secara spiritual. Salah satu syarat dasar untuk kemajuan spiritual adalah membenamkan diri dalam aktivitas dan pikiran yang murni secara spiritual. Berprinsip meningkatkan positifitas spiritual dan menolak hal-hal negatif yang dianut dalam semua sisi kehidupan.

Di dalam bidang seni, tujuan utama seorang seniman harus menggunakan seninya sebagai media untuk tumbuh secara spiritual. Tujuan dari karya seninya haruslah memancarkan getaran spiritual positif ke lingkungan yang diikuti dengan niat untuk membantu dan mengilhami orang lain untuk bertumbuh secara spiritual. Seni sejati adalah yang dapat membangkitkan kualitas spiritual seorang Pencari Tuhan YME dalam diri dan menginspirasi untuk bertumbuh secara spritual. Sesuai dengan ilmu Spiritualitas, ketika seorang seniman dapat melihat bentuk Jiwa (Ātmaswarūp) dalam seninya, serta keindahannya, kemurnian spiritual juga diciptakan. Hal ini membawa pertumbuhan spiritual dalam diri seniman dan mengilhami orang lain untuk tumbuh secara spiritual, dan karenanya seni tersebut sesuai dengan tujuan utama kehidupan. Apapun yang sebaliknya, tidak akan sesuai dengan tujuan spiritual kehidupan.

1.1 Penelitian Maharshi Adhyatma Vishwavidyalaya dalam seni rupa

Maharshi Adhyatma Vishwavidyalaya (MAV) yang juga dikenal sebagai Universitas Spiritiualitas Maharshi yang terletak di Goa, India. Universitas ini didirikan atas dasar 30 tahun penelitian spiritual. Dimana memfokuskan dalam melakukan penelitian tentang bagaimana dunia halus dan getaran spiritual mempengaruhi kehidupan seseorang dan bagaimana untuk maju secara spiritual. Dengan tujuan ini, berbagai eksperimen dilakukan di Pusat Penelitian Spiritual dan Ashram. Pusat Penelitian Sains Spiritual (SSRF) bersama dengan Maharshi Adhyatma Vishwavidyalaya kini sedang melakukan penelitian tentang bagaimana untuk bertumbuh secara spiritual melalui berbagai seni seperti musik, lukisan, patung, dll. Dalam rangkaian artikel ini banyak aspek seni seperti proses pembuatan karya seni yang murni secara spiritual, bagaimana memiliki cita rasa seni yang baik, pentingnya seorang guru seni atau seorang pemandu spiritual akan dibahas dan diuraikan pada artikel ini.

2. Konsep Dasar

Pertama-tama, penting untuk memperjelas beberapa konsep dasar, yang diperlukan untuk memahami artikel ini.

2.1 Sattva, Raja dan Tama

Berdasarkan ilmu Spiritualitas ada 3 komponen halus di Alam Semesta, yaitu Sattva, Raja dan Tama baik yang terlihat ataupun yang tak terlihat. Sattva adalah komponen yang menunjukkan kemurnian spiritual dan pengetahuan, Raja menunjukkan tindakan dan hasrat, sementara Tama menunjukkan ketidaktahuan dan kebodohan. Getaran halus yang memancar dari semua benda tergantung pada komponen dasar halus yang dominan pada benda-benda tersebut. Kemampuan merasakan getaran ini melalui indra keenam, membantu seseorang dengan cepat menganalisis apakah suatu objek murni secara spiritual atau tidak.

Baca lebih lanjut mengenai Sattva, Raja dan Tama.

2.2 Apa itu dimensi spiritual?

Dimensi spiritual atau dimensi halus yang mengacu pada dunia tak terlihat yang memiliki getaran halus, seperti arwah leluhur, hantu, malaikat, wilayah halus, dll. Hal ini tidak dapat dirasakan atau dialami oleh panca indera, pikiran, dan kecerdasan seseorang. Dan hanya bisa dirasakan oleh indra keenam seseorang yang telah maju.

2.3 Apa itu indera keenam?

Indera keenam atau persepsi halus adalah kemampuan seseorang untuk memahami dimensi spiritual atau dimensi halus dan berbagai getaran halus yang terkait dengannya. Ini juga mencakup kemampuan untuk memahami penyebab halus dari efek di balik peristiwa yang terjadi di alam fisik yang berada di luar pemahaman intelektual. Persepsi ekstrasensori (ESP), penerawangan, firasat, dan intuisi adalah beberapa istilah yang sesuai dengan makna dari indra keenam atau persepsi halus.

Baca lebih lanjut mengenai Indera keenam.

2.4 Apa itu penelitian spiritual?

Ini adalah tentang bagaimana meneliti dimensi spiritual untuk mempelajari dan memahami dampaknya pada subjek seperti manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan, dll. Hal ini paling efektif dilakukan dengan menggunakan indra keenam. Semakin maju indra keenam, semakin akurat hasilnya.

Baca lebih lanjut mengenai penelitian spiritual dan metodologi penelitian.

2.5 Bekerjanya Indera ke-enam seseorang melalui medium

Dunia fisik dapat dirasakan dan dipahami oleh seseorang melalui panca indra fisiknya (yaitu penciuman, rasa, penglihatan, sentuhan, dan suara), atau melalui pikirannya (yaitu perasaan dan emosi) dan kecerdasannya (kemampuan membuat keputusan). Ketika datang ke dunia yang tak terlihat atau dunia halus, seseorang dapat melihatnya melalui lima indranya yang halus, pikirannya yang halus, dan kecerdasannya yang halus. Misalnya, tanpa adanya stimulus fisik, seseorang dapat merasakan aroma halus melalui indra penciumannya.

Orang-orang yang dapat menerima pengetahuan halus melalui pikiran halus dan intelek halus mereka pada umumnya menerimanya dengan cara-cara sebagai berikut:

  • Sebagai jawaban atas pertanyaan yang secara spesifik ditanyakan oleh mereka kepada entitas halus. Mereka melakukannya dengan indra keenam melalui pikiran halus dan intelek halus mereka. Pengetahuan halus juga dapat diterima dengan membiarkan entitas halus menggunakan tangan seseorang untuk menulis pesannya (yang juga dikenal sebagai penulisan otomatis). Namun, keakuratan informasi yang diperoleh dengan cara ini sering dipertanyakan karena maksud dan tujuan dari entitas halus ini bisa positif atau negatif.
  • Secara otomatis, karena tingkat spiritual mereka yang maju, mereka memperoleh kemampuan untuk mengakses Pikiran Universal dan Kecerdasan

Semua makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa (seperti manusia, hewan dll.) memiliki pikiran dan kecerdasan mereka sendiri, demikian juga Penciptaan oleh Tuhan – Alam Semesta memiliki Pikiran Universal dan Kecerdasan Universal, yang mengandung pengetahuan Absolut tentang semua hal di Alam semesta. Hal ini dapat dilihat sebagai Pikiran dan Kecerdasan Tuhan. Ketika seseorang berkembang secara spiritual, pikiran-halus dan intelek halus bergabung dengan Pikiran Universal dan Kecerdasan Universal, dan karenanya, seseorang dapat mengakses informasi tentang semua ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

2.6 Tingkat spiritual

Universitas Spiritualitas Maharshi dan Yayasan Penelitian Sains Spiritual menggunakan skala antara 1 dan 100% untuk mengevaluasi tingkat spiritual. 1% akan mengacu pada tingkat spiritual benda mati, sementara 100% akan merujuk pada puncak pertumbuhan spiritual bagi seseorang, yang merupakan Realisasi-diri atau menjadi satu dengan Tuhan Yang Maha Esa (Moksa). Tingkat spiritual rata-rata orang di Era Kaliyug saat ini adalah 20%. Tingkat spiritual hanya meningkat dengan latihan spiritual. Ketika seseorang mencapai tingkat spiritual 70% atau lebih, dia dikenal sebagai Para Suci atau Guru dan dianggap sebagai pemandu spiritual sejati. Para Suci atau Guru di atas tingkat spiritual 90% memiliki tingkat Indera keenam yang sangat maju dan dapat mengakses Pikiran Universal dan Kecerdasan Universal sepenuhnya. Seseorang tidak harus mati untuk dinyatakan sebagai Orang Suci. Orang suci adalah orang yang telah berevolusi secara spiritual melalui latihan spiritual. Tingkat spiritual hanya dapat ditentukan oleh orang yang berevolusi secara spiritual yang memiliki kemampuan indera keenam yang sangat maju.

Baca lebih lanjut mengenai tingkat kesadaran spiritual

2.7 Siapakah Dewa – Dewi itu?

Sesuai dengan prinsip ilmu spiritualitas, meskipun Tuhan adalah satu, namun Tuhan bermanifestasi dalam berbagai cara untuk melakukan berbagai fungsi di Alam Semesta baik yang dikenal dan tidak dikenal. Misalnya, ada bentuk Tuhan yang bertanggung jawab untuk pengetahuan, perlindungan, kesehatan, dll. Menurut ilmu pengetahuan Spiritualitas, setiap bentuk Tuhan memiliki atribut yang unik dan dikenal sebagai Dewa – Dewi. Oleh karena itu, masing-masing Dewa – Dewi adalah Prinsip Ilahi yang spesifik.

Baca lebih lanjut mengenai Dewa – Dewi

3. Pentingnya prinsip spiritual dalam hubungannya dengan seni

Terdapat prinsip spiritualitas mendasar yang memandu seni spiritual.

Prinsip spiritual menyatakan, “Kata (nama sesuatu), sentuhan, bentuk, rasa, penciuman dan energi yang terkait energi hidup berdampingan.”

Ini berarti bahwa bentuk apa pun akan memiliki energi yang terkait. Misalnya, Nama Dewa – Dewi akan memiliki bentuk dan energi yang terkait. Jika sebuah lukisan (atau karya seni apa pun) dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan representasi sejati yang merupakan bentuk dari prinsip Dewa -Dewi itu, maka sesuai prinsip di atas bahwa lukisan akan memancarkan energi halus yang terkait dengan bentuk Dewa – Dewi tersebut. Detail dalam lukisan itu harus mencakup tidak hanya bentuk Dewa – Dewi, tetapi juga pakaian, hiasan, dll. Yang menghiasi Dewa – Dewi dan harus sama persis dengan perwujudan dari Dewa – Dewi tersebut.

Di sisi lain, jika sebuah lukisan Dewa – Dewi dibuat di mana bentuknya tidak sama persis sesuai dengan perwujudan-Nya, energi halus dari Dewa – Dewi tersebut akan tertarik dan dipancarkan ke tingkat yang lebih rendah. Jika ada tingkat ketidaktepatan yang lebih tinggi, Prinsip Dewa – Dewi tidak mungkin tertarik atau dipancarkan dari lukisan itu sama sekali. Oleh karena itu, seniman harus memiliki tingkat indera keenam yang mendalam dan dibimbing oleh seseorang yang berkembang secara spiritual, untuk secara tepat dapat melihat perwujudan dari Dewa – Dewi.

4. Kesimpulan

Sesuai ilmu Sains Spiritualitas, ada 14 Vidyas (Pengetahuan) dan 64 Kalas (jenis seni) yang merupakan disiplin seni yang berbeda yang dapat membantu seseorang untuk berlatih Spiritualitas melalui media berbagai seni. 14 Vidyas dan 64 Kalas mencakup semua berbagai bentuk seni seperti menggambar, patung, musik, tari, Aksharyoga (Jalan realisasi Tuhan melalui penulisan) dll. Hanya ketika seorang seniman mempraktekkan salah satu bentuk seni ini di bawah seorang pembimbing spiritual dengan sebuah niat untuk maju secara spiritual, maka keindahan sejati dapat diciptakan. Jika setiap seniman memahami dan mempraktekkan seni dengan cara ini, konsep seni akan memiliki makna yang sama sekali baru dan secara spiritual akan bermanfaat bagi dunia.