Abstrak

Mempunyai seorang guru yang membimbing kita dalam bidang apapun sangatlah berharga. Hal ini berlaku juga dalam Spiritualitas. Seperti yang kita tahu, bahwa Spiritualitas itu bersifat halus dan tak berwujud di alam ini, maka sulit bagi kita untuk mengidentifikasi dengan pasti siapakah seorang pembimbing spiritual yang telah berevolusi atau Guru itu.  Seorang Guru sangat berbeda dengan pengajar atau penceramah agama. Dia adalah lentera cahaya spiritual di dunia yang mengajarkan kita prinsip-prinsip dunia spiritual yang mendasari semua ajaran agama dan budaya. Artikel ini akan menjabarkan tentang karakteristik dan ciri khas Beliau yang penting.

1. Pengantar

Bagaimana jika anak-anak dibiarkan mengajari diri mereka sendiri ilmu pengetahuan modern tanpa guru atau adanya akses pengetahuan yang telah diperoleh selama berabad-abad sebelumnya? Bagaimana jika kita harus menemukan kembali pengetahuan dasar dalam setiap jalan kehidupan, tanpa memiliki akses kepada pengetahuan yang telah tersedia dari para ahli di bidangnya masing-masing? Jika itu yang terjadi, maka kita akan menghabiskan seumur hidup untuk mengajari diri kita sendiri tanpa menghasilkan banyak kemajuan atau bahkan mungkin malah tersesat ke jalan yang salah.

Pikiran dan Akal Budi Semesta: Sama halnya dengan ciptaan Tuhan YME seperti manusia, hewan dll. yang mempunyai pikiran dan akal budi, begitu pula seluruh ciptaan Tuhan lainnya sebagai satu kesatuan, yakni Alam Semesta, pun memiliki Pikiran dan Akal Budi Semesta yang berisi informasi sejati absolut atas segala sesuatu di Alam Semesta ini. Hal ini dapat disebut juga sebagai Pikiran dan Akal Budi Tuhan YME. Saat seseorang mengalami kemajuan spiritual, pikiran dan akal budi seseorang dapat menyatu dengan Pikiran dan Akal Budi Semesta tersebut. Demikianlah bagaimana seseorang dapat mengakses informasi tentang seluruh ciptaan Tuhan YME.

Dalam cara yang sama, seorang pembimbing sangat diperlukan dalam perjalanan spiritual kita juga. Penting dipahami bahwa dalam bidang apa pun, seorang pembimbing haruslah orang yang menguasai bidang tersebut. Menurut ilmu pengetahuan Spiritual, seseorang yang telah menguasai bidang Spiritualitas dikenal dengan sebutan Guru.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa di kerajaan orang-orang buta, orang yang bisa melihat akan menjadi raja. Dengan indera keenam yang sangat aktif, Guru adalah sang orang ‘melihat’ dalam kerajaan orang yang buta dan tak peduli secara spiritual. Dia adalah seseorang yang telah menapaki jalan spiritual di bawah Pembimbing Spiritual-Nya, dan telah memiliki akses pada Pikiran dan Akal Budi Semesta. Pada artikel ini, kami akan menjelaskan siapa yang layak disebut sebagai seorang Pembimbing Spiritual atau seorang Guru serta karakteristik-Nya.

2. Definisi Seorang Guru atau Seorang Pembimbing Spiritual yang telah berevolusi

Ada berbagai macam aspek dalam Prinsip Tuhan Yang Maha Agung. Berbagai aspek Tuhan ini melaksanakan fungsi tertentu di Alam Semesta. Hal ini mirip dengan sistem pemerintahan di banyak negara yang memiliki berbagai macam departemen untuk memfasilitasi lancarnya pemerintahan dan untuk menjalankan fungsi negara secara keseluruhan.

Sama seperti kita yang memiliki departemen pendidikan di pemerintahan yang memfasilitasi pendidikan sains modern di seluruh negeri, maka aspek Ketuhanan yang mengurus pendidikan spiritual dan pertumbuhan spiritual di Alam Semesta disebut sebagai Guru. Ia dikenal sebagai Guru yang tak bermanifestasi atau tak berwujud (nirgun) atau Prinsip Pengajar Tuhan YME. Guru yang tak berwujud tersebut meliputi seluruh Alam Semesta dan berada bersama kita di setiap waktu hidup kita dan bahkan hingga setelah kita meninggal nanti.

Ciri yang menonjol dan merupakan bagian terpenting adalah bahwa Guru yang tak berwujud tersebut selalu disamping kita sepanjang hidup dan secara perlahan membawa kita dari kehidupan duniawi menuju jalan kehidupan spiritual. Guru membimbing kita sesuai dengan tingkat spiritual kita, yaitu kemampuan kita dalam menyerap pengetahuan baik secara sadar maupun tidak, membantu kita mengembangkan banyak kecakapan seperti ketekunan, dedikasi, perhatian terhadap detail, kegigihan, kasih sayang dll. sepanjang hidup kita. Semua jenis kecakapan ini adalah pondasi untuk menjadi seorang pencari Tuhan yang baik dan sangat diperlukan dalam menopang perjalanan spiritual kita. Guru menjadi lebih aktif bagi mereka yang secara proaktif mengupayakan pertumbuhan spiritual, membimbing mereka secara tak kasat mata sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.

Dari seluruh penduduk dunia, hanya sebagian kecil orang melakukan latihan spiritual yang bersifat universal, melampaui batas-batas agama formal yang terorganisasi. Diantara mereka pun, sangat sedikit orang yang melalui latihan spiritual mereka (terlepas dari agama kelahiran mereka) bisa mencapai tingkat kesadaran spiritual diatas 70%. Guru tak berwujud kemudian bekerja sepenuhnya melalui beberapa individu yang telah berevolusi tersebut yang kemudian dikenal sebagai Guru yang berwujud/bermanifestasi (sagun) atau Guru dalam wujud manusia. Dengan kata lain, setidaknya seseorang harus  memiliki tingkat kesadaran spiritual 70% untuk memenuhi syarat sebagai pembimbing spiritual atau seorang Guru. Guru dalam wujud manusia bertindak sebagai lentera pengetahuan spiritual bagi umat manusia yang sejalan sepenuhnya dengan Pikiran dan Akal Budi Tuhan.

2.1 Arti Guru secara harfiah

Kata ‘Guru’ berasal dari bahasa Sansekerta dan memiliki makna spiritual yang mendalam. Dua suku kata Gu dan Ru memiliki arti sebagai berikut:

Gu menunjukkan ketidaktahuan spiritual yang dialami oleh sebagian besar umat mausia.

Ru merupakan pancaran pengetahuan spiritual yang dapat menghilangkan ketidaktahuan spiritual tersebut.

Singkatnya, Guru adalah seseorang yang dapat melenyapkan kegelapan dari ketidaktahuan spiritual dalam diri manusia dan menganugerahkan kepada mereka pengalaman spiritual dan pengetahuan spiritual.

3. Perbedaan antara seorang pengajar/dosen dan seorang Guru

Tabel berikut memberikan perbedaan antara seorang pengajar dan seorang Guru dalam wujud manusia.

Pengajar Guru
Siapakah yang disebut Guru dan bagaimana menemukanNya? Siapakah yang disebut Guru dan bagaimana menemukanNya?
Mengajar dalam jangka waktu tertentu Mengajar 24 jam dalam sehari
Mengajar melalui kata-kata Mengajar melalui dan melampaui kata-kata
Tidak ada perhatian pada kehidupan pribadi para murid Mengurus para murid dalam setiap aspek kehidupan mereka
Mengajarkan beberapa pelajaran saja Mengajarkan ilmu pengetahuan Spiritual yang melingkupi semua pengetahuan

4. Perbedaan antara penceramah agama dan Guru

Ada perbedaan besar antara seorang penceramah rohani atau pengajar spiritual bila dibandingkan dengan seorang Guru. Tabel berikut menjabarkan perbedaan di antara mereka pada saat membimbing masyarakat.

Perbedaan bimbingan spiritual dari penceramah agama dan Guru

Penceramah Agama Guru

Siapakah yang disebut Guru dan bagaimana menemukanNya?

Siapakah yang disebut Guru dan bagaimana menemukanNya?

Terencana Spontan
Dibuat-buat Alami
Muncul dari kecerdasan intelektual Muncul dari Jiwa (Aspek Tuhan dalam diri setiap ciptaan)
Sangat bergantung pada kutipan dari Orang Suci atau pemuka agama terkenal dan Kitab-kitab Suci Berdasarkan pengetahuan yang diterima dari Prinsip Pengajar Tuhan YME yang tak berwujud, sumber dari semua Kitab Suci
Berada pada tataran yang sangat dangkal dan akibatnya pendengar menjadi mudah bosan dalam waktu singkat Pembicaraan sarat dengan Kesadaran Ilahi. Para pendengar merasa betah mendengarkannya selama berjam-jam tanpa henti.
Keraguan dalam pikiran orang tak terjawab Keraguan terjawab meskipun tanpa bertanya
Umumnya muncul ego Tidak ada ego

Sebagian besar penceramah agama di dunia saat ini berada pada tingkat spiritual 30% dan karenanya mereka tidak mampu memahami makna sebenarnya yang tersirat dari Kitab Suci yang mereka kutip, mereka juga belum mengalami sendiri apa yang tertulis. Maka dari itu, kemungkinan membimbing para hadirin ke arah yang salah pun tinggi.

5. Apa saja perbedaan antara seorang Guru dengan Orang Suci?

5.1 Apa yang membuat seseorang menjadi Guru setelah melampaui Kesucian?

Setiap Guru adalah Orang Suci, namun belum tentu berlaku sebaliknya. Hanya beberapa Orang Suci yang memenuhi syarat sebagai Guru. Tabel berikut ini menunjukkan berapa banyak Orang Suci dan Guru yang ada di dunia ini pada bulan Februari 2016.

Tingkat Spiritual Orang Suci 1 Guru 2 Total
60-69%3 3,500 1,500 5,000
70-79% 50 50 1004
80-89% 10 10 204
90-100% 5 5 104

Catatan:

  1. Yang kami maksud Seorang Suci adalah orang yang berada pada tingkat spiritual 70% ke atas. Seorang Suci menciptakan minat pada orang-orang di masyarakat untuk melakukan latihan spiritual dan menuntun mereka untuk mengikuti jalan Spiritualitas.
  2. Guru mengambil tanggung jawab penuh dalam membimbing para pencari Tuhan menuju Pembebasan Akhir (Moksha) dan bahkan memastikan bahwa mereka mencapainya.
  3. Meski seseorang yang berada di bawah tingkat spiritual 70% tidak disebut sebagai Orang Suci, namun kami tetap menampilkan jumlah pencari dalam kategori tingkat spiritual 60-69% yaitu sebanyak 000 orang. Individu yang berada dalam tingkat spiritual antara 60-69% (pencari Tuhan), sedang dalam proses perjalanan untuk menjadi Orang Suci atau Guru. Ini juga berarti bahwa mereka memiliki potensi untuk menjadi Orang Suci atau Guru. Jika para pencari Tuhan dalam kategori tingkat spiritual ini melanjutkan latihan spiritualnya, dari antara mereka 70% (3.500) akan menjadi Orang Suci dan 30% (1.500) akan menjadi Guru.
  4. Sampai bulan Februari 2016, ada sekitar 1.000 Orang Suci yang berada di tingkat spiritual antara 70% dan 100%. Namun pada tabel ini, kami hanya menunjukkan jumlah Orang Suci dan Guru yang secara aktif menyebarkan Spiritualitas.

5.2 Apa saja persamaan antara Orang Suci dan Guru ?

  • Orang Suci dan Guru, keduanya memiliki tingkat spiritual lebih dari 70%.
  • Keduanya memiliki cinta kasih spiritual (Priti) untuk seluruh umat manusia, yakni: kasih tanpa ekspektasi.
  • Keduanya memiliki sangat sedikit ego. Ini berarti bahwa mereka tidak mengidentifikasi diri mereka dengan panca indera, pikiran dan intelek, tetapi dengan Jiwa (Ātmā), yakni prinsip Tuhan YME dalam setiap ciptaan.

5.3 Apa saja perbedaan karakteristik antara Seorang Suci dan Guru?

Tabel berikut menunjukkan perbandingan kasar antara Orang Suci dan Guru pada tingkat spiritual 80%.

Perbedaan antara Orang Suci dan Guru

Orang Suci Guru
Cinta untuk sesama, dalam % 1 30% 60%
Pelayanan 2 30% 50%
Pengorbanan 3 70% 90%
Tulisan Kuantitas 4 2% 10%
Sifat 5 Lebih memberikan pengalaman spiritual Lebih memberikan bimbingan spiritual
Energi termanifestasi 6 20% 5%
Perkembangan Spiritual 7 Cepat Lebih cepat

Catatan (berdasarkan angka-angka merah dalam tabel di atas):

  1. Dalam istilah cinta untuk sesama, maksud kami adalah mengasihi orang lain tanpa harapan/ekspektasi apapun. Hal ini berbeda dengan cinta duniawi yang selalu tercemar oleh suatu harapan/ekspektasi.  Angka 100% dalam aspek ini disetarakan dengan kasih tanpa syarat, non-parsial, dan menyeluruh milik Tuhan YME, yang menyebar secara merata bagi seluruh ciptaanNya mulai dari benda yang tidak bernyawa, makhluk hidup terkecil seperti semut, hingga ke makhluk hidup tertinggi, yakni manusia.
  2. Pelayanan berarti melayani Kebenaran Hakiki (satsēvā) atau ilmu pengetahuan Spiritual, yaitu prinsip-prinsip universal yang mendasari semua agama dan mengatur seluruh alam semesta. Angka 100% di aspek ini berarti 100% dari waktu dan kemampuan mereka dalam semua dimensi seperti fisik (tubuh), mental, intelektual, keuangan, sosial, dll. dihabiskan sepenuhnya untuk melayani Tuhan YME.
  3. Pengorbanan (tyāg) berarti seberapa banyak waktu, tubuh, pikiran dan kekayaan yang telah mereka korbankan untuk melayani Tuhan YME.
  4. Kuantitas penulisan teks yang berkaitan dengan penjelasan atau penyebaran Kebenaran Hakiki.
  5. Sifat dari tulisan-tulisan Orang Suci dan Guru lebih mengarah tentang pengalaman spiritual dan bimbingan spiritual, secara berurutan.
  6. Tuhan YME bekerja cukup melalui keberadaan-Nya. Dia tidak perlu melakukan usaha apapun, maka energi-Nya tidak bermanifestasi. Bentuk energi-Nya tak berwujud, seperti Ketenangan (Shānti), Kebahagiaan (Ānand) dll. Namun karena Orang Suci dan Guru masih memiliki tubuh fisik yang fana, mereka masih menggunakan energi berwujud hingga batasan tertentu.
  7. Ke-'aku'-an singkatnya berarti berpikir dan merasa bahwa diri kita terpisah dari Tuhan YME.

    Karena Guru lebih menyatu dengan bentuk tak bermanifestasi dari Tuhan YME, maka mereka tidak perlu banyak menggunakan energi yang berwujud. Karena ke-‘aku’-an pada Orang Suci masih lebih tinggi dibandingkan dengan Guru, maka para Orang Suci masih menggunakan lebih banyak energi berwujud dibandingkan para Guru.  Tapi ini tetap jauh lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang melakukan tindakan sama dengan bantuan kekuatan supranatural. Misalnya, ketika seseorang sembuh dari penyakitnya karena berkat dari Orang Suci, hanya 20% energi yang termanifestasi, sedangkan pada kasus yang sama seorang yang bukan Orang Suci tapi menyembuhkan dengan kekuatan supranatural akan mengakibatkan 50% energi termanifestasi. Karena energi termanifestasi dari Tuhan YME adalah 0 (nol), maka energi termanifestasi yang digunakan seseorang dapat menjadi ukuran kesatuannya dengan Tuhan YME. Jadi, semakin banyak energi termanifestasi Anda, maka semakin jauh pula Anda dari Tuhan. Tanda-tanda dari energi termanifestasi adalah mata yang cerah dan bercahaya, gerakan tangan yang tajam, dsb.

  8. Dalam rangka melaksanakan misi mereka, Orang Suci dan Guru sama-sama membutuhkan energi termanifestasi yang diberikan oleh Tuhan. Orang Suci kadang-kadang memecahkan masalah duniawi para pengikut mereka dengan menggunakan lebih banyak energi.  Seorang Guru berfokus pada pertumbuhan spiritual murid-Nya, yang pada gilirannya membuat sang murid bisa mandiri dalam mengatasi masalah di mana akar penyebabnya berada di alam spiritual. Akibatnya Guru menggunakan lebih sedikit energi spiritual.
  9. Orang Suci dan Guru keduanya memiliki tingkat spiritual minimum 70%. Setelah melewati tingkat spiritual 70%, peningkatan spiritual pada Guru lebih cepat daripada Orang Suci lainnya. Mereka mencapai tingkat Sadguru (80%) dan Parātpar Guru (90%) lebih cepat dibanding Orang Suci lainnya mencapai tingkat spiritual yang sama. Hal ini karena mereka terus-menerus tenggelam dalam misi mengangkat spiritualitas muridNya, sementara Orang Suci lain membantu juga pengikut mereka pada tingkat yang lebih duniawi.

6. Apa pentingnya seorang Guru dalam wujud manusia?

Masing-masing dari kita mencari arahan dari pengajar, dokter, pengacara dll. pada bidangnya masing-masing. Jika seorang pembimbing diperlukan bahkan dalam bidang-bidang yang relatif sederhana seperti itu, maka bayangkanlah betapa pentingnya seorang Guru, yang berperan membantu melepaskan seseorang dari belenggu (siklus) kehidupan dan kematian.

6.1 Pentingnya Guru – dari perspektif mendidik murid

Guru datang dalam berupa-rupa bentuk. Dia mendidik kita melalui banyak situasi, beragam buku, dalam wujud manusia, dsb. Tabel berikut ini adalah perbandingan di antara berbagai bentuk tersebut dan ini menunjukkan pentingnya Guru dalam wujud manusia.

Pentingnya seorang Guru dalam bentuk berwujud sebagai manusia

Guru dalam wujud Tidak ada Guru
Manusia Buku Patung / Gambar Lainnya / Situasi hidup
Menentukan pelajaran berdasarkan kemampuan murid Memungkinkan Tak mungkin Tak mungkin Tak mungkin
Klarifikasi keraguan Sesegera mungkin setelah keraguan muncul Mungkin sampai tingkatan tertentu, namun setelah melakukan banyak pembacaan Tak mungkin Tak mungkin
Lama waktu dibutuhkan untuk peningkatan keyakinan (iman) Sangat pendek Lama Lebih lama Sangat lama
Dukungan dalam rupa pengajaran dan pengujian Memungkinkan Tak mungkin Tak mungkin Tak mungkin
Jumlah murid yang meninggalkan latihan spiritual di tengah jalan Sedikit Banyak Lebih banyak Sangat banyak Sangat banyak
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk peningkatan spiritual Sedikit Banyak Lebih banyak Sangat banyak Sangat banyak
Menurut ilmu psikologi, kepribadian murid yang paling cocok dengan bentuk gurunya masing-masing Seseorang dengan kebutuhan besar pada bimbingan Seseorang dengan sikap mandiri Seseorang yang membutuhkan dukungan Seseorang dengan sikap mandiri Seseorang dengan sikap mandiri yang lebih besar lagi

6.2 Pentingnya Guru – dari perspektif psikologi

Ada banyak manfaat psikologis bagi murid untuk memiliki pembimbing spiritual dalam wujud manusia.

  • Tidak seperti Tuhan YME dan para Dewa/Dewi yang tidak menampilkan keberadaan dan wujud mereka, Guru menampilkan bentuk-Nya melalui seorang Guru manusia. Dengan hal itu, sang murid spiritual memiliki pembimbing spiritual di dunia nyata untuk menjaganya dalam perjalanan spiritualnya.
  • Guru dalam wujudnya sebagai manusia mampu mengetahui segalanya sama seperti Guru yang tak berwujud dan ia mampu merasakan segala sesuatu tentang muridnya. Dia mengetahui melalui akses-Nya ke Pikiran dan Akal Budi Semesta apakah murid tersebut tulus atau tidak dan dimana ia membuat kesalahan. Akibatnya, murid yang menyadari kemampuan Gurunya ini, seringkali mampu menghindari melakukan perbuatan yang buruk.
  • Guru tidak mengizinkan murid untuk mengembangkan rasa rendah diri dari kenyataan bahwa ia lebih rendah daripada Gurunya. Dia melenyapkan rasa rendah diri ini pada murid yang layak dan memberikan kepadanya sifat keluasan dari seorang Guru.

6.3 Pentingnya Guru – dari perspektif ilmu pengetahuan Spiritual

Tabel berikut menunjukkan pentingnya seorang Guru dalam wujud manusia bagi pertumbuhan spiritual seorang murid/pencari Tuhan.

Pentingnya seorang Guru dalam wujudnya sebagai manusia

Guru dalam wujud Tidak ada Guru
Manusia Buku Patung / Gambar Lainnya / Situasi hidup
Bimbingan terkait mengurangi takdir dan kehendak bebas, serta mengatasi energi pengganggu yang menghambat latihan spiritual Memungkinkan Tak mungkin Tak mungkin Tak mungkin
Manfaat yang didapat dari kebersamaan dengan Guru  karena Kesadaran Ilahi-Nya. Memungkinkan Tak mungkin Sedikit Tak mungkin
Manfaat dari rahmat karunia Guru Memungkinkan Tak mungkin Sedikit Tak mungkin
Tingkat spiritual dimana murid umumnya mulai mendapatkan manfaat (%) 55%1 40% 60%2 30%
Usaha yang harus dibuat oleh murid/pencari Tuhan (%) 60%3 70% 70% 70% 100%
Kualitas yang dibutuhkan murid Pelayanan & pengorbanan Memahami  makna yang tersirat 4 Bimbingan  dari dalam diri Tergantung jenisnya Ego tinggi 5
Perkembangan spiritual tahunan 2-3% 0.25% 0.27% 0.25% 0.001%6

Catatan (berdasarkan nomor merah dalam tabel di atas):

  1. Pada tingkat kesadaran spiritual sekitar 55%, murid telah mengembangkan kematangan spiritual yang cukup untuk mendapatkan manfaat dari kehadiran Guru dalam wujud manusia. Hal ini sama seperti menerima beasiswa dalam pelajaran Spiritualitas. Pada tingkat kematangan spiritual ini, murid telah terkondisikan untuk dapat mengambil manfaat yang tepat dari bimbingan Guru menuju “mengalami Tuhan”.
  2. Relatif lebih sulit untuk memperoleh manfaat dari patung. Frekuensi tak berwujud halus yang dipancarkan oleh patung atau gambar dewa/dewi, hanya dapat bermanfaat bagi orang dengan tingkat spiritual diatas 60% dan indera keenam yang sudah aktif.
  3. Ketika seseorang mengikuti bimbingan seorang Guru dalam wujud manusia, maka usaha yang dibutuhkan untuk menghasilkan perkembangan spiritual lebih kecil karena usaha tersebut tersalurkan dengan sangat Dalam semua kasus lainnya, kemungkinan membuat kesalahan jauh lebih tinggi.
  4. Untuk dapat memahami makna yang tersirat dari Kitab Suci bukanlah pekerjaan yang mudah. Seringkali, Kitab Suci dan buku-buku, rentan terhadap penafsiran yang salah.
  5. Di sini ego terkait dengan keyakinan/kepercayaan pada diri sendiri. Jika kepercayaan pada diri sendiri tidak tinggi, maka seseorang tidak dapat membuat kemajuan spiritual tanpa adanya bimbingan dari seseorang.
  6. Tanpa pembimbing spiritual, kemungkinan adanya kemandegan atau bahkan penurunan dalam pertumbuhan spiritual sangat  tinggi.

7. Beberapa ciri yang menonjol dari seorang Guru dalam wujud manusia

  • Seorang Guru melampaui batasan agama yang terorganisasi dan Dia memandang seluruh umat manusia secara setara. Ia tidak mendiskriminasi atas dasar budaya, kebangsaan atau jenis kelamin. Beliau hanya mencari murid yang memiliki hasrat kuat akan pertumbuhan spiritual.
  • Seorang Guru tidak akan pernah meminta seseorang untuk pindah dari agamanya. Dia akan mengangkat sang murid menuju pemahaman akan prinsip-prinsip spiritual universal yang mendasari semua agama.
  • Tak peduli jalan spiritual atau agama apa pun yang dianut seseorang, itu semua akhirnya akan mengarah pada Jalan Rahmat Karunia Guru.

Seorang Guru bekerja dengan kekuatan spiritual pada level niat/tekad (resolve). Dengan kekuatan spiritual yang diberikan oleh Tuhan ini, Ia dapat mengangkat seorang murid yang layak cukup dengan pemikiran bahwa sang murid harus maju secara spiritual. Seorang pencari Tuhan/murid dalam ilmu pengetahuan Spiritual tidak dapat mencapai tingkat spiritual 70% kecuali ia memiliki rahmat karunia Guru dan dibimbing oleh Guru dalam wujud manusia.  Alasan untuk ini adalah karena pada tahap awal pertumbuhan spiritual kita, kita bisa maju cukup dengan mengikuti hukum dasar dari latihan spiritual. Namun setelah tahap tertentu, pengetahuan spiritual menjadi sangat halus sehingga seseorang dapat dengan mudah disesatkan oleh hantu (setan, iblis, energi negatif, dll) melalui indra keenam mereka. Seseorang membutuhkan pembimbing spiritual yang sudah berevolusi tinggi dalam wujud manusia untuk bernegosiasi secara tepat mengenai langkah selanjutnya bagi kemajuan spiritual sang murid menuju Pencerahan (Tingkatan Orang Suci).

  • Bahkan setelah seseorang mencapai level Orang Suci, ia tetap perlu melanjutkan latihan spiritualnya untuk memastikan curahan konstan rahmat karunia Guru.
  • Dia mengangkat sang murid untuk mampu mengakses pengetahuan Jiwa yang berada di dalam Hal ini berkebalikan dengan beberapa pemilik indra keenam (ESP) yang, dengan berperan sebagai medium (perantara), mengakses pengetahuan dari tubuh halus (roh) di dimensi halus. Ketika seseorang hanya berperan sebagai medium saja, maka ia tidak dapat membuat kemajuan spiritual.
  • Hubungan antara Guru dan murid adalah murni dan kasih sang Guru untuk sang murid adalah tanpa harapan dan tanpa syarat.
  • Sang Guru tahu segalanya dan karena itu mampu memperhatikan muridnya bahkan ketika ia sedang tidak bersama dengan-Nya secara fisik.
  • Takdir buruk yang parah hanya dapat diatasi dengan rahmat karunia dari sang Guru.
  • Sang Guru membimbing murid sesuai dengan enam hukum latihan spiritual sesuai dengan tingkat spiritual dan kapasitasnya. Beliau tidak pernah mengajar seorang murid melebihi batasan kemampuannya.
  • Sang Guru akan selalu mengajar dengan sikap positif. Misalnya, seorang Guru mungkin menyarankan seseorang untuk melakukan salah satu latihan spiritual berikut ini tergantung pada kematangan spiritual sang murid, “Nyanyikan lagu puji-pujian, dzikirkan Nama Tuhan, lakukan pelayanan kepada Tuhan, dsb.” Dia tidak pernah membimbing dalam cara negatif seperti “Jangan minum alkohol, jangan berperilaku seperti ini, dsb.” Alasannya karena mengajarkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan berada pada level psikologis, dan tidak memenuhi tujuan apapun dari sudut pandang membuat kemajuan spiritual. Sang Guru berfokus pada latihan spiritual si murid. Seiring waktu, dengan sendirinya ini akan memberikan siswa kemampuan untuk menyingkirkan aktivitas yang bisa merugikan dirinya.
  • Meski awan menurunkan hujan di mana-mana secara merata, namun air hanya akan terkumpul di dalam kawah sedangkan gunung yang menjulang akan tetap kering. Demikian pula para Guru dan Orang Suci tidak pernah membeda-bedakan. Penganugerahan rahmat karunia Mereka pada semua orang adalah sama tetapi orang-orang dengan niat murni untuk belajar dan bertumbuh secara spiritual adalah seperti kawah, mampu menerima dan mempertahankan manfaat dari rahmat karunia Mereka.
  • Sang Guru yang tahu segalanya secara intuitif mengetahui apa yang terbaik bagi sang murid untuk kemajuan spiritualnya. Ia memberi bimbingan berbeda pada setiap muridnya, secara personal.

8. Menemukan Guru – Bagaimana kita mengenali dan memperoleh pembimbing spiritual yang telah berevolusi?

Sulit bagi seorang murid ilmu Spiritual untuk menilai kemampuan seorang Guru. Ini seperti seorang siswa yang coba mengetes atau menguji gurunya.

SSRF mendefinisikan 'dunia spiritual' atau 'dimensi non-fisik/halus' sebagai dunia yang berada di luar pemahaman panca indera, pikiran dan intelek (kecerdasan). Dunia halus mengacu pada dunia tak kasat mata dari malaikat, hantu, surga, dll, yang hanya dapat dirasakan melalui indera keenam kita

Untuk menguji seseorang, si penguji harus memiliki kaliber yang lebih tinggi dari pada orang yang akan diuji. Sang murid tidak akan bisa menjadi orang yang mampu menguji seorang Guru. Lebih pentingnya lagi, kemampuan seorang Guru berada dalam dimensi halus atau spiritual, yaitu di luar pemahaman panca indera, pikiran, maupun akal budi. Hal ini hanya dapat diukur melalui indra keenam yang sangat aktif.

Inilah yang membuat orang kebanyakan menjadi kebingungan tentang siapa yang harus mereka ikuti.

Yayasan Penelitian Sains Spiritual (SSRF) menyarankan bahwa seseorang tidak seharusnya mencari seorang Guru. Dalam hampir semua kasus, seseorang tidak akan memiliki kematangan spiritual untuk mampu mengenali siapa yang harus dipilih sebagai seorang pembimbing spiritual.

Akal budi sāttvik didominasi komponen dasar halus sattva yang diperoleh melalui latihan spiritual. Akal budi ini telah melampaui penggunaan untuk hal duniawi semata, dan diabdikan untuk melayani Tuhan YME dan pertumbuhan spiritual. Sangat sulit bagi seseorang untuk memahami makna yang tersirat dari Teks Suci kecuali ia telah memiliki akal budi sāttvik.

Untuk menumbuhkan kapasitas seseorang dalam membedakan, seseorang perlu melakukan latihan spiritual yang teratur sesuai dengan enam prinsip dasar latihan spiritual. Ini akan memastikan pertumbuhan spiritual dan perkembangan akal budi sāttvik. Sang Guru tak berwujud atau Prinsip Pengajaran Tuhan YME mendampingi dan mengawasi kita semua secara terus menerus. Ketika seseorang mencapai tingkat kesadaran spiritual sekitar 55%, seorang Guru dalam wujud manusia datang ke dalam kehidupannya. (Tingkat kesadaran spiritual rata-rata manusia saat ini adalah 20%). Pada tingkat spiritual 55%, seorang murid ilmu Spiritual telah memiliki kematangan spiritual untuk dapat merasakan apakah Guru tersebut sejati dengan akal budi sattvik-nya.

8.1 Guru palsu atau tak diakui

80% Guru dalam masyarakat saat ini adalah palsu atau tak memiliki otoritas spiritual apapun. Itu berarti mereka berada pada tingkat spiritual yang jauh di bawah 70% dan tidak memiliki akses ke Pikiran dan Akal Budi Semesta. Dalam beberapa kasus, orang-orang ini mungkin memiliki kemampuan yang tinggi untuk menarik ribuan orang karena adanya kekuatan spiritual tertentu yang mereka peroleh.

Misalnya, seseorang pada tingkat spiritual 50% mungkin telah dapat menyembuhkan penyakit sejak usia dini akibat kekuatan spiritual yang diperoleh dari latihan spiritual yang dilakukan dalam kelahiran sebelumnya. Sebagian besar manusia di zaman sekarang ini berada pada tingkat spiritual antara 20-25% sehingga tidak dilengkapi kemampuan untuk mengenali apakah orang tersebut adalah Seorang Suci atau bukan. Namun pada umumnya, mereka akhirnya mengikuti orang yang bisa menyembuhkan mereka atau membuat keajaiban.

Untuk kepentingan orang kebanyakan, kami telah menyusun beberapa poin yang tidak akan dilakukan seorang Guru. Ini adalah beberapa poin yang akan membantu Anda dalam menemukan Guru palsu dengan pemahaman akal budi yang dapat diuji. Ini adalah beberapa kasus di mana Guru palsu telah mengungkap jati diri mereka karena tindakan mereka sendiri.

1. Para guru yang menumbuhkan perasaan rendah diri pada orang lain dan mencoba untuk memamerkan kehebatan mereka

Seorang yang dianggap suci meminta setiap orang yang datang untuk mengatakan kepadanya nama dan usia mereka. Setelah orang menjawab, ia berkata, “Kedua jawaban tersebut salah. Nama dan usia itu milik tubuh. Kamu adalah Jiwa. Yang mana tidak memiliki nama maupun usia.” Lantas ia berbicara tentang Spiritualitas dan bertanya, “Apakah kamu melakukan latihan spiritual?” Jika seseorang menjawab ya, dia bertanya “Latihan spiritual yang bagaimana?” Jika seseorang menjawab, “Yang direkomendasikan oleh Guru saya”, ia berkata “Kamu bahkantidak mampu menjawab pertanyaan sederhana tentang nama dan usia. Lantas apa yang telah Gurumu ajarkan? Hanya Guru sejati yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Datanglah padaku. Aku akan memberitahu kamu.”

Seseorang seharusnya berkata pada guru palsu tersebut, “Sebenarnya pertanyaan Anda lah yang tidak berarti!   Anda bertanya tentang nama dan umur saya hanya karena kesadaran Anda akan tubuh fisik (dehabuddhi), jadi saya pun menjawab dengan kesadaran tubuh fisik.”

Guru mana yang tidak mampu melihat dengan sekilas pandangan saja, apakah seseorang telah memiliki Guru atau tidak, atau jika latihan spiritual yang dilakukan seseorang sudah tepat atau belum?

2. Mereka yang memiliki kemelekatan terhadap harta dan wanita

3. Berpura-pura agar tampak baik

Seorang guru tidak menggunakan jam tangan karena dia tidak ingin terikat dengan batasan waktu dan tali jam. Namun setiap lima belas sampai dua puluh menit dia bertanya pada orang lain, “Jam berapa sekarang?”

4. Memiliki hasrat untuk terkenal

Beberapa orang yang memiliki hasrat kuat untuk dikenal sebagai Guru dan orang yang telah berevolusi secara spiritual dengan tingkatan tertentu, merekomendasikan berbagai jenis latihan spiritual kepada orang lain. Dalam kebanyakan kasus, mereka tidak melakukan apa yang mereka katakan sendiri. Sebagai akibatnya, para pencari yang melaksanakan anjuran latihan spiritual itu mendapatkan kemajuan, tetapi sang ‘guru’ justru malah tetap stagnan.

5. Menciptakan ketergantungan pada murid mereka

Beberapa Guru takut jika mereka menyampaikan seluruh pengetahuan spiritual kepada murid-murid mereka, mereka tidak akan memiliki pengaruh penting lagi setelahnya. Oleh karena itu, mereka tidak menyampaikan pengetahuannya secara lengkap kepada mereka.

9. In summary – kesimpulan

Berikut ini adalah poin-poin penting yang dapat diambil dari artikel ini:

  • Seorang Guru adalah pembimbing spiritual yang telah melampaui tingkat spiritual 70%.
  • Jangan pergi mencari seorang Guru, karena kemungkinan besar Anda tidak akan dapat mengenali secara pasti apakah orang yang Anda ikuti adalah Guru Sejati.
  • Namun, sebaiknya lakukan saja latihan spiritual dan pastikan bahwa latihan itu selaras dengan enam hukum dasar latihan spiritual. Ini akan membantu seseorang tumbuh ke titik dimana seseorang memiliki kematangan spiritual untuk tidak tertipu oleh ‘guru’ palsu.
  • Seseorang tidak dapat mencapai tingkat Seorang Suci, yaitu tingkat spiritual 70%, tanpa rahmat karunia Guru.