Prinsip-prinsip penelitian spiritual

1. Perbedaan antara ilmu pengetahuan modern dan ilmu pengetahuan spiritual

Pertama-tama marilah kita menelusuri perbedaan antara ilmu pengetahuan modern dan ilmu pengetahuan spiritual sebelum kita melihat perbedaan dalam metode penelitiannya.

Membandingkan Ilmu Pengetahuan Modern dan Ilmu pengetahuan Spiritual 

  Ilmu pengetahuan Modern llmu pengetahuan Spiritual

1. Melalui media manakah kita mendapatkan pengetahuan?

Pengetahuan dalam ilmu modern diperoleh melalui panca indera eksternal, pikiran dan intelek. Sebagai contoh, kita mempelajari sebuah buku dengan menggunakan terutama penglihatan dan intelek kita.

Pengetahuan tentang dimensi spiritual diperoleh melalui organ-organ perasa/ indra halus, pikiran halus dan intelek halus. (Kemampuan untuk merasakan dimensi spiritual atau dunia halus meningkat seiring dengan latihan spiritual yang sesuai.)

2. Fokus dari ilmu pengetahuan

Memahami penciptaan

Memahami sang pencipta

3. Sempurna/ tidak sempurna dan benar/ ketidakbenaran

‘Kebenaran Hakiki’ dalam ilmu pengetahuan modern selalu mengalami perubahan karena hal-hal baru masih terus ditemukan dan diciptakan. Oleh sebab itu, edisi selanjutnya dari buku memerlukan improvisasi dan revisi konten serta materi.

‘Kebenaran Hakiki’ yang ditemukan dalam Spiritualitas adalah mutlak dan abadi serta berada di luar batasan waktu. Untuk alasan inilah kitab-kitab suci seperti Weda memiliki cetak ulang tapi tidak ada edisi revisi nya.

2. Prinsip-prinsip dari penelitian spiritual

Berikut adalah prinsip-prinsip dari penelitian spiritual. Kami telah menjelaskan masing-masing dari prinsip tersebut secara terperinci di bawah ini:

1. Tidak dapat menggunakan pengukuran dan alat-alat analisa konvensional

2. Dilakukan melalui indra keenam atau persepsi ekstrasensori (ESP)

3. Dimensi spiritual sama sistematis dan logis nya dengan dunia fisik

4. Pengetahuan diperoleh dalam suatu format ‘sudah jadi’ dari Pikiran dan Akal Budi (Intelek) Alam Semesta

5. Penelitian spiritual tidak tergantung pada waktu dan tempat

6. Harus berada di bawah bimbingan seorang pembimbing spiritual yang telah maju

2.1 Tidak dapat menggunakan pengukuran dan alat-alat analisa konvensional

Ketika seseorang ingin meneliti dimensi-spiritual/ halus, seseorang tidak dapat menggunakan pengukuran dan alat analisa konvensional. Sama seperti kita tidak dapat menggunakan meteran untuk mengukur kecerdasan seseorang, maka kita tidak dapat menggunakan metode fisik, psikologis atau intelektual untuk memahami atau menyelidiki alam spiritual. Hal ini dikarenakan alasan sederhana bahwa menurut definisinya, dimensi spiritual adalah hal yang berada di luar pemahaman panca indera, pikiran dan intelek.

2.2 Dilakukan melalui indra keenam atau persepsi ekstrasensori (ESP)

Penelitian spiritual hanya dapat dilakukan dengan cara menggunakan indra keenam (ESP) yang mendalam.

Kita sudah terbiasa dengan memperoleh pengetahuan melalui media organ tubuh panca indera (mata, telinga, hidung, kulit dan lidah), pikiran dan akal budi/ intelek. Ini adalah paradigma/ pola pikir kita dalam melakukan penelitian pada ilmu pengetahuan modern. Namun, hanya sekitar 2% dari dimensi spiritual dapat dipahami oleh media organ panca indra (mata, telinga, hidung, kulit dan lidah), pikiran dan intelek. 98% dari pengetahuan dapat dirasakan hanya melalui organ indra-halus kita. Idnra-halus kita umumnya dikenal sebagai indra keenam atau ESP. Penelitian spiritual hanya dapat dilakukan dengan bantuan indra keenam yang mendalam (ESP). Untuk mengalami dunia yang mencakup segalanya dari ilmu pengetahuan Spiritualitas, maka kita harus mengembangkan organ panca indra halus, pikiran-halus dan kecerdasan-halus kita.

Apa yang bukan merupakan penelitian spiritual:

Hal-hal berikut ini akan memberi anda gambaran untuk apa yang bukan merupakan penelitian spiritual:

  • Mencoba untuk memverifikasi keaslian dari artefak keagamaan dengan menggunakan teknologi penanggalan karbon.

  • Memastikan melalui metodologi-metodologi penelitian ilmu pengetahuan modern tentang keterkaitan antara praktik keagamaan dan beberapa perubahan sosiologis atau psikologis.

  • Mencoba untuk memverifikasi apakah sebuah tempat itu dihuni hantu/ angker melalui peralatan teknologi yang canggih.

Dalam semua kasus di atas, seseorang mencoba untuk mengukur dan memahami alam spiritual dengan ilmu pengetahuan modern. Hal ini dikenal sebagai penelitian dan bukan penelitian spiritual. Kemampuan untuk mengukur dan memahami alam spiritual dengan ilmu pengetahuan modern sangatlah terbatas sehingga hal tersebut menodai ketepatan atau keefektifan analisanya.

2.3 Dimensi spiritual sama sistematis dan logis nya dengan dunia fisik

Ketika ilmu pengetahuan modern, misalnya menyelidiki penyebab dari sakit Kuning, ia datang pada kesimpulan bahwa salah satu penyebabnya adalah infeksi. Mereka kemudian menyelediki lebih lanjut dan menemukan bahwa infeksi ini disebabkan oleh virus Hepatitis. Selanjutnya mereka menemukan bahwa terdapat berbagai jenis virus Hepatitis seperti Hepatitis A, Hepatitis B dll. Dengan cara ini, analisa yang lebih halus/ mendalam dari penyebab penyakit dan masalahnya sedang diselidiki. Tetapi, penyebab-penyebab yang lebih dalam atau terdalam hanya dapat diketahui dengan bantuan ilmu pengetahuan Spiritualitas, yaitu penelitian spiritual.

Melalui penelitian spiritual, kami telah menemukan bahwa akar penyebab dari suatu permasalahan dapat berasal baik dari alam fisik, psikologis maupun spiritual. Hingga 80% dari permasalahan-permasalahan dalam kehidupan kita memiliki akar penyebab di alam spiritual. Cukup sering ketika kita melihat terjadinya sebuah tragedi, kita mendengar ungkapan, 'Ini adalah kehendak Tuhan'. Namun, akar penyebab di balik tragedi seperti bencana alam atau kecelakaan pesawat terutama berada dalam alam spiritual yang dalam ketidaktahuan, kita menghubungkannya sebagai 'kehendak Tuhan'. Kami telah menguraikan alasan-alasan spiritual tersebut dalam artikel kami tentang 'akar penyebab Spiritual dari kesulitan-kesulitan dalam hidup'.

2.4 Pengetahuan diperoleh dalam suatu format ‘sudah jadi’ dari Pikiran dan Akal Budi (Intelek) Alam Semesta

Pengetahuan bahkan dari orang yang paling berpengetahuan luas pun tetap terbatas. Di sisi lain, Tuhan YME Sang Mahatahu mengetahui segala sesuatu tentang segala hal. Inilah sebabnya mengapa orang-orang dari setiap jalan hidup dan kebangsaan apapun, mendapatkan inspirasi setelah berdoa di mana sebelumnya mengalami hambatan yang serius dalam berpikir atau dalam menganalisa sesuatu. Banyak orang yang mengalami diselamatkan secara ajaib dari kecelakaan yang berbahaya atau fatal setelah berdoa. Pikiran dan Akal Budi (Intelek) Alam Semesta merupakan pikiran dan intelek Tuhan YME. Setelah seseorang mengembangkan indra keenam (ESP) nya melalui praktik spiritual hingga melampaui titik tertentu, maka ia bisa mendapatkan akses yang tak terbatas ke dalam Pikiran dan Akal Budi (Intelek) Alam Semesta.

Semua pengetahuan dari situs ini telah diperoleh atau diverifikasi dari Pikiran dan Akal Budi Semesta.

2.5 Penelitian spiritual tidak tergantung pada waktu dan tempat

Karena pengetahuan diperoleh dari Pikiran dan Akal Budi Semesta, maka seseorang tidak diperlukan untuk bepergian ke tempat manapun untuk melakukan penelitian. Hal ini juga tidak tergantung pada waktu dari peristiwa tersebut. Apakah suatu peristiwa tertentu terjadi berabad-abad yang lalu atau akan terjadi di masa depan, sifat dari kejadian dan faktor-faktor yang berkontribusi masih bisa dipastikan.

Untuk alasan ini lah kami telah dapat menerbitkan artikel seperti 'penelitian Spiritual pada kehidupan spiritual dari Nostradamus'. Artikel tersebut memberikan informasi unik yang tidak terjadi di waktu atau tempat sekarang ini.

2.6 Harus berada di bawah bimbingan seorang pembimbing spiritual yang telah maju

Yang mungkin terpenting dalam penelitian spiritual adalah setiap tim peneliti spiritual perlu dipimpin oleh seseorang pada tingkat spiritual seorang Suci (Saint) atau seorang Guru.

Berdasarkan skala 0-100, jika menyatu dengan Tuhan YME (yang merupakan yang paling utama pada setiap jalan spiritual) adalah 100%, maka sebagian besar orang di dunia saat ini berada di tingkat pencapaian spiritual 20%-25%. Hanya ketika seseorang melalui praktik spiritual mencapai tingkat spiritual di atas 70%, barulah Ia dapat disebut sebagai pembimbing spiritual atau seorang Suci (Saint). Makhluk-makhluk yang telah maju (berevolusi) ini dapat mengakses Pikiran dan Akal Budi Semesta dan benar-benar yakin bahwa mereka tidak sedang disesatkan oleh tubuh-halus atau entitas. Dalam istilah sederhananya, mencapai tingkat spiritual seorang Suci atau Saint adalah seperti mencapai tahap yang tinggi dalam pertumbuhan spiritual. Hal ini mirip dengan menjadi seorang pemenang Nobel dalam bidang tertentu di kehidupan duniawi.