Pengembangan Spiritualitas berkelanjutan dan Tanggung Jawab Sosial perusahaan

Pengembangan Spiritualitas berkelanjutan dan Tanggung Jawab Sosial perusahaan

Makalah dalam konferensi ini disiapkan oleh Maharshi Adhyatma Vishwavidyalaya (MAV) yang juga dikenal sebagai Universitas Spiritual Maharshi Goa, India. Makalah ini dipresentasikan pada Konferensi Internasional IBA (Indus Business Academy) ke-12 di Bangalore, India dari tanggal 20 hingga 21 September 2019. Fokus konferensi adalah Spiritual dan Tanggung Jawab Sosial bersama (Mendefinisikan Ulang Hubungan Manusia, Masyarakat dan Perusahaan). Makalah ini diberi penghargaan “ Makalah Doktoral Terbaik ’. Makalah ini telah ditata ulang dalam format web untuk situs web SSRF.

Artikel ini ditujukan bagi para pembaca yang memiliki latar belakang atau minat dalam bidang manajemen bisnis, lingkungan, pembangunan berkelanjutan dan/atau tanggung jawab sosial perusahaan.

Ringkasan

Pertanyaan beberapa lulusan sekolah bisnis (sekolah B) tentang tujuan utama perusahaan /korporasi, dan jawaban yang paling sering adalah meningkatkan nilai pemegang saham. Dorongan untuk pembangunan berkelanjutan dalam perusahaan menjadi perubahan yang disambut baik, tetapi konsep nilai pemegang saham begitu tertanam dalam jiwa perusahaan sehingga akan selalu menjadi tujuan utama, tetapi sering kali merugikan masyarakat dan lingkungan. Tim di Universitas Spiritualitas Maharshi memiliki pengalaman penelitian spiritual 38 tahun dan telah melakukan penelitian tentang bagaimana dimensi spiritual mempengaruhi kehidupan orang secara luas. Ditemukan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah konsep yang mulia, itu adalah langkah menuju peran spiritual altruistik yang lebih besar yang harus dikejar oleh perusahaan. Sejalan dengan budaya India kuno, syarat dasar bagi setiap entitas haruslah untuk meningkatkan vibrasi positif secara spiritual pada manusia dan lingkungan, atau paling sedikit tidak menambah vibrasi negatif. Sayangnya, pemahaman ini telah hilang dari waktu ke waktu dan tidak termasuk dalam kurikulum Sekolah – B. Makalah ini menguraikan beberapa contoh bagaimana perusahaan secara terus menerus mengabaikan aturan-aturan spiritual ini di berbagai bidang seperti hiburan, makanan, minuman, perhiasan dan pakaian sehingga merugikan masyarakat.

1. Pengantar Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Pertanyaan beberapa lulusan sekolah bisnis (sekolah B) tentang tujuan utama perusahaan (korporasi), dan jawaban yang paling sering adalah meningkatkan nilai pemegang saham.

Kenyataanya, dengan tekanan, ketegangan  bisnis sehari-hari, pengejaran keuntungan dan peningkatan nilai pemegang saham seringkali menggantikan kesejahteraan karyawan, lingkungan, dan berbagai kewajiban sosial .

Ide tanggung jawab sosial perusahaan mencoba memperbaiki hal tersebut, dan memperoleh daya tarik dengan penerbitan teori pemangku kepentingan Freeman pada pertengahan 1980-an. Dalam pandangan tradisional perusahaan – yaitu, pandangan pemegang saham, hanya pemilik atau pemegang saham perusahaan yang penting, dan perusahaan memiliki tugas mengikat untuk mengutamakan kebutuhan mereka, untuk meningkatkan nilai bagi mereka. Teori pemangku kepentingan berpendapat sebaliknya bahwa ada pihak lain yang terlibat, termasuk karyawan, pelanggan, pemasok, pemodal, masyarakat, badan pemerintah, kelompok politik, asosiasi perdagangan, dan serikat pekerja (Freeman, 1984).

Tanggung jawab Sosial Perusahaan/Corporate Social Responsibility (CSR) adalah konsep yang menggabungkan pembangunan berkelanjutan ke dalam model bisnis perusahaan dan menyarankan bahwa itu adalah tanggung jawab perusahaan yang beroperasi dalam masyarakat untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan yang menciptakan dampak positif pada masyarakat luas. Konsep ini berbeda dari filantropi dasar dan amal di mana tidak banyak akuntabilitas atau tanggung jawab yang melekat. Kegiatan CSR secara sederhana menunjukkan bahwa bisnis tidak dapat berhasil apabila tertutup, terutama ketika masyarakat dalam kegagalan (unido.org, 2019)

Persyaratan  perusahaan ini akan lebih diwajibkan di seluruh dunia. India adalah negara pertama di dunia yang mewajibkan CSR, setelah amandemen Companies Act, 2013 pada April 2014 (Shira, 2019). Juga, kesungguhan perusahaan dalam mengikuti CSR memengaruhi cara klien dan pelanggan  melihat perusahan tsb dan juga memengaruhi daya tarik karyawan di masa depan.

Tanggung jawab sosial perusahaan umumnya meliputi :

  • Upaya terhadap lingkungan
  • Filantropi / Kedermawanan
  • Mempraktikan Etika Pekerja
  • Menjadi sukarelawan untuk tujuan sosial

Namun, jika aspek-aspek ini diikuti dengan cermat oleh semua perusahaan, apakah aspek-aspek ini cukup untuk kesejahteraan masyarakat? Akankah aspek-aspek ini membawa kebahagiaan dalam masyarakat, yang merupakan salah satu tujuan paling mendasar dalam masyarakat?

2. Peran Spiritualitas dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Bagi umat manusia, mencari  kebahagiaan jangka panjang dengan kualitas utama, adalah kekuatan pendorong yang melatarbelakangi semua usaha dan pencarian mereka. Kebutuhan ini sebenarnya  serupa di balik semua kemajuan dalam teknologi, hukum, sistem sosial, dll.

Dalam Kitab Suci Vishnu Purana, konsep catur (4) Purushartha  yang diberikan untuk memberikan arah pada kesejahteraan masyarakat. Konsep Purushartha yang secara harfiah berarti ‘objek yang dikejar manusia’ secara holistik didefinisikan tujuan hidup dan juga memberikan arah kepemimpinan. 4 Purushartha adalah Dharma (Kebenaran), Artha (Kekayaan), Kama (Keinginan) dan Moksha (Pembebasan Akhir).

Menurut Orang Suci Adi Shankaracharya yang dihormati dari India (abad ke-8 M), Kebenaran (Dharma) adalah yang dapat menuntaskan 3 tugas dari :

  1. Menjaga sistem sosial dalam kondisi sangat baik
  2. Memastikan kemajuan duniawi dari setiap makhluk hidup
  3. Membuat kemajuan spiritual dengan baik

Ini berarti bahwa dalam mengejar kekayaan & kemakmuran (Artha) dan memenuhi keinginan seseorang (Kama), orang harus mematuhi Kebenaran jika mereka ingin mencapai pencarian tertinggi yaitu Pembebasan Akhir (Moksha). Pembangunan berkelanjutan atau CSR yang dianjurkan saat ini, merupakan langkah ke arah tersebut (dan menangani poin-poin  ‘a’ & ‘b’di atas). Namun, itu masih belum memperhitungkan faktor spiritual (yaitu ‘c’). Terakhir dan yang terpenting, pencarian Pembebasan Akhir (Moksha) adalah apa yang dikejar semua orang secara sadar atau tidak sadar. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, semua orang menginginkan kebahagiaan dan kebutuhan untuk mengalami kebahagiaan tersebut yang mendorong keinginan, pikiran dan tindakan mereka. Moksha adalah tahap terakhir dari evolusi spiritual di mana seseorang menyatu dengan Tuhan. Pada tahap ini, seseorang secara permanen mengalami kebahagiaan (bentuk kebahagiaan tertinggi) dan ketenangan.

Karena itu seorang pemimpin haruslah orang yang memiliki kemampuan untuk membina dan memelihara lingkungan berlandaskan Kebenaran dalam organisasi atau bidang yang dipengaruhinya. Jika aspek pertumbuhan spiritual tidak dirawat, tidak mungkin mengalami kebahagiaan yang langgeng. Oleh karena itu, sesuai dengan Kitab Suci, beberapa strategi CSR diterapkan oleh seorang pemimpin atau CEO idealnya harusnya mencakup peningkatan spiritual  masyarakat.

Untuk mencapai ini, ia sendiri perlu memiliki dasar spiritual yang kuat, yang berarti, idealnya, ia perlu  meningkatkan spiritualnya atau memiliki tingkat spiritual yang lebih tinggi.

Universitas Spiritualitas Maharshi menggunakan skala antara 1% dan 100% untuk mengevaluasi tingkat spiritual. 1% akan merujuk pada tingkat spiritual dari benda mati, sedangkan 100% akan merujuk pada puncak pertumbuhan spiritual  seseorang, yang merupakan realisasi diri atau menjadi satu dengan Ilahi. Tingkat spiritual rata-rata orang di Era Kaliyug saat ini adalah 20%. Tingkat spiritual meningkat hanya dengan latihan spiritual. Ketika seseorang mencapai tingkat spiritual 70% ke atas, dia dikenal sebagai Orang Suci atau seorang Guru dan dianggap sebagai pembimbing spiritual sejati.

Bahkan jika seseorang bukan seorang pemimpin dengan gelar, pada titik tertentu siapa pun dapat mengambil peran ini dalam pengambilan keputusan atau dalam diskusi, dll. Oleh karena itu, konsep ini berlaku untuk semua orang.

3. Membangun dasar spiritual

Dalam dunia yang serba cepat, perkembangan ekonomi dan teknologi ada pro dan kontra. Meskipun dapat memberikan standar hidup yang lebih baik kepada warga suatu negara, kualitas hidup sering kali terganggu. Sebagai contoh, meskipun AS memiliki PDB tertinggi di dunia, 3 dari 4 orang Amerika melaporkan mengalami setidaknya satu gejala stres dalam bulan tertentu (Winerma, 2017). 45% melaporkan berbaring tapi tidak tidur pada malam hari, 36% melaporkan merasa gugup atau cemas, 35% melaporkan mudah marah atau marah, dan 34% melaporkan kelelahan akibat stres (Winerma, 2017). Pada tahun 2017, dilaporkan bahwa pada tahun lalu, diperkirakan 17,3 juta orang dewasa di Amerika Serikat memiliki setidaknya satu episode depresi besar. Jumlah ini mewakili 7,1% dari semua orang dewasa AS. (NIH, 2017).

Untuk mengatur tahap peningkatan spiritual – ada  pepatah terkenal yang secara luas mendefinisikan satu tujuan Hinduisme dan, pada kenyataannya, adalah kebutuhan yang mendesak saat ini bagi dunia – ‘Hinani Gunani dushyati iti Hindu’.

Untuk itu harus memahami konsep Sattva, Raja dan Tama seperti dijelaskan  di bawah ini.

Konsep Sattva, Raja dan Tama (Shrimad Bhagawadgeeta 14: 5), Shrikrushna mengatakan tentang 3 komponen halus alam semesta yaitu Sattva, Raja dan Tama yang ada dalam semua ciptaan, terlihat dan tidak terlihat. Sattva adalah komponen yang mewakili kemurnian spiritual dan pengetahuan; Raja mewakili tindakan, sementara Tama mewakili ketidaktahuan dan kelembaman. Vibrasi halus yang berasal dari apa pun dan semuanya tergantung pada komponen dasar halus yang dominan.

Ungkapan ini berarti bahwa yang menghancurkan (dushyati) komponen halus Raja-Tama yang lebih rendah (gunas) adalah seorang Hindu. Jadi, menjadi seorang Hindu berarti mengikuti cara hidup yang meningkatkan komponen Sattva yang murni secara spiritual dan melahirkan kualitas-kualitas utama Sattva seperti cinta, kerendahan hati, toleransi, keberanian, keterbukaan, dll dan mengatasi sikap ketidakmurnian spiritual, sikap yang dikuasai Raja tama seperti kemarahan , kemelekatan, kecemburuan, keserakahan, nafsu, kebanggaan, dll. Sikap dan karakteristik yang tidak murni secara spiritual dalam kepribadian seseorang menciptakan situasi konflik dan tekanan pada setiap langkah dalam kehidupan masyarakat (Athavale, 2016). Namun, prinsip ini tidak terbatas hanya pada orang, tetapi juga meluas ke pilihan yang mereka buat dalam hidup mereka dan jenis kegiatan yang mereka lakukan.

Pusat Penelitian Spiritual dan Ashram di Goa, India

Maharshi Adhyatma Vishwavidyalaya (MAV) juga dikenal sebagai Universitas Spiritualitas Maharshi terletak di Goa, India. Tim penelitian memiliki pengalaman spiritual 38 tahun. Mereka mengkhususkan diri dalam melakukan penelitian tentang bagaimana dunia halus, vibrasi spiritual dan 3 komponen halus mempengaruhi kehidupan orang, bersamaan dengan bagaimana cara bertumbuh secara spiritual.

Menggunakan pemindai aura-dan-energi dan indra keenam para seeker yang telah maju, Universitas telah melakukan penelitian spiritual yang luas dalam memahami sifat dari 3 komponen halus secara praktis dan bagaimana 3 komponen tersebut mempengaruhi orang, hewan dan lingkungan.

Berikut adalah beberapa percobaan yang telah dilakukan untuk menunjukkan bagaimana produk dan pelayanan memancarkan vibrasi halus yang berdampak pada orang-orang yang menggunakannya.

Pakaian dan Warna

Estetika dan penciptaan desain penataan tren desain mungkin paling utama dalam benak perancang busana saat merancang koleksi musim berikutnya. Boleh dibilang, tidak ada perancang yang akan mempertimbangkan vibrasi spiritual yang terkait dengan pakaian mereka. Namun, dalam percobaan berikut yang dilakukan, diamati bahwa gaya pakaian yang dipilih untuk dikenakan berdampak pada aura seseorang.

Seorang pencari wanita diminta untuk mengenakan berbagai pakaian (ditunjukkan dalam gambar di bawah) masing-masing selama 30 menit dan auranya diukur sebelum dan sesudah menggunakan Universal Thermo Scanner (UTS). Ini adalah instrumen yang telah dikembangkan oleh Dr Mannem Murthy (mantan ilmuwan nuklir) di India. Ini mengukur jenis energi halus (baik positif atau negatif) dan aura di sekitar objek (hidup atau tidak hidup). Berikut adalah beberapa percobaan yang telah dilakukan untuk menunjukkan bagaimana produk dan layanan memancarkan vibrasi halus yang berdampak pada orang-orang yang menggunakannya.

Eksperimen untuk mempelajari efek halus dari pakaian pada aura seseorang

Pada gambar di atas, gaun ýang  telah diurut sesuai dengan bagaimana subjek terpengaruh  sesuai dengan pembacaan UTS. Pakaian paling kiri memiliki efek paling negatif, sedangkan yang paling kanan adalah yang paling positif. Sari 9 meter dan sari 6 yard adalah satu-satunya pakaian yang menghasilkan tingkat positivitas yang tinggi pada pemakainya.

Juga, penggunaan pakaian berwarna hitam lazim di seluruh dunia. Namun, dalam beberapa budaya seperti dalam budaya India, pemakaian warna hitam dianggap tidak menguntungkan. Dalam percobaan di atas, seeker wanita mengenakan setelan t-shirt dan celana  hitam dan putih. Meskipun model pakaiannya serupa, pakaian hitam memengaruhi dirinya secara negatif jauh lebih besar dibandingkan pakaian putih.

Eksperimen ini menunjukkan bahwa gaya dan bentuk/model  pakaian, juga warna pakaian memiliki potensi mempengaruhi masyarakat luas pada tingkat spiritual. Tanggung jawabnya terletak tidak hanya pada perusahaan garmen tetapi juga pada konsumen (yang meminta berbagai tren fesyen) untuk memahami konsep ini dan memilih pakaian dan aksesoris  yang dianjurkan, untuk  menjaga dampak  spiritual dalam pikiran.

Perhiasan

Perhiasan adalah sesuatu yang menimbulkan berbagai emosi dan memiliki nilai sentimental yang tinggi. Namun ketika membeli, memberi hadiah atau mewariskan perhiasan baik orang yang memberi maupun menerimanya tidak memperhitungkan nilai spiritualnya. Tidak ada yang mau dengan sengaja menaruh kalung di leher mereka jika mereka tahu itu akan memengaruhi aura mereka.

Tim peneliti melakukan percobaan untuk mempelajari vibrasi perhiasan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang nilai spiritualnya. Tiga buah perhiasan dipilih untuk percobaan dan ditampilkan di bawah

Eksperimen untuk mempelajari vibrasi halus yang dipancarkan oleh perhasan

Kalung A adalah perhiasan biasa, sedangkan kalung B dan C terbuat dari emas 22 karat. Pembacaan UTS menunjukkan bahwa Kalung A memancarkan vibrasi negatif. Menariknya, meskipun kalung B terbuat dari emas (yang merupakan logam positif secara spiritual), kalung B juga ditemukan memancarkan vibrasi negatif. Hanya kalung C yang memancarkan vibrasi positif. Menganalisis kalung yang sama melalui  indra keenam yang maju  untuk mengkonfirmasi hasil ini. Melalui indra keenam ditemukan  bahwa meskipun kalung B terbuat dari emas, desainnya negatif secara spiritual, sehingga secara keseluruhan ia memancarkan vibrasi negatif, sehingga menghilangkan positivitas spiritual dari  emas. Ini menunjukkan pentingnya memilih desain yang murni spiritual saat membuat perhiasan.

Dalam percobaan lanjutan, dua orang diminta untuk memakai  kalung di atas selama 30 menit masing-masing dan aura mereka diukur dengan UTS. Baik kalung A dan B meningkatkan negativitas dalam aura kedua subjek sementara Kalung C memiliki efek sebaliknya. Apa yang ditunjukkan adalah bahwa memakai perhiasan hanya selama 30 menit dapat secara signifikan mempengaruhi keadaan spiritual seseorang, dan ini akan berdampak pada tingkat fisik dan psikologis juga. Melalui penelitian spiritual, ditemukan bahwa jenis logam, desain, batu permata dan keadaan spiritual (baik positif atau negatif) dari pengrajin adalah  faktor-faktor yang mempengaruhi kemurnian spiritual dari bagian perhiasan. Perhiasan sangat disukai  banyak orang, dan orang-orang dapat membayar dalam jumlah besar untuk sebuah perhiasan yang mereka inginkan. Namun, jika perhiasan tidak dirancang sedemikian rupa sehingga memancarkan vibrasi positif, akan mempengaruhi pemakai secara negatif terlepas dari berapa banyak mereka membayar untuk itu.

Pasar perhiasan global (yang merupakan bagian dari industri mode global) diperkirakan akan mencapai USD 480,5 miliar pada tahun 2025 (Grand View Research, 2019). Menurut McKinsey Global Fashion Index, industri fesyen itu sendiri (yang mencakup pakaian dan aksesori) bernilai sekitar USD 2,4 triliun. Pertanyaan besarnya bagi perusahaan-perusahaan di industri fesyen adalah jika mereka mempraktikkan CSR, semua faktor  dipertimbangkan (di masa sekarang), proporsi tinggi dari jumlah multi-triliun dolar itu akan memancarkan vibrasi negatif, sehingga berdampak buruk pada aura milyaran orang.

Musik dan tarian

William Shakespeare pernah berkata – “Jika musik menjadi makanan cinta, mainkanlah.” Kutipan terkenal ini menyoroti pandangan dunia tentang musik dan daya tarik emosionalnya bagi orang-orang.

Dari semua bentuk hiburan, musik bisa dibilang memiliki daya tarik terluas dan melintasi batas budaya dengan mudah. Hampir setiap orang memiliki beberapa jenis musik yang mereka sukai untuk didengarkan. Namun, temuan kunci dari penelitian spiritual yang dilakukan oleh MAV adalah bahwa pengalaman kebahagiaan emosional tidak seharusnya diterjemahkan menjadi kesejahteraan spiritual. Penelitian telah menunjukkan bahwa setiap karya musik memancarkan vibrasi halus, yang secara paradoks dapat berarti bahwa seseorang dapat menyukai bagian dari musik tetapi bisa berpengaruh  negatif  pada tingkat spiritual.

Dengan menggunakan UTS, percobaan dilakukan untuk mempelajari efek dari mendengarkan 4 jenis musik  pada aura subjek. Keempat jenis yang dipilih adalah heavy metal, klip musik yang menenangkan, musik klasik India dan lagu-lagu renungan yang dinyanyikan oleh Orang Suci dengan urutan tertinggi.

Tabel berikut merangkum efek  secara keseluruhan dari masing-masing jenis musik pada aura subjek.

Jenis Efek
Heavy metal Negatif
Musik relaksing Netral
Musik klasik India Positif
Lagu Devosi dinyanyikan oleh Saint(Orang suci) Sangat positif

Menariknya, klip ‘musik relaksasi’ – kumpulan nada suara oleh Marconi Union yang disebut Weightless, telah diberi judul musik paling releks yang pernah dilakukan oleh para ilmuwan (Passman, 2016), tetapi itu hanya memiliki efek netral secara spiritual. Ini menunjukkan bahwa mendengarkan musik yang menenangkan tidak selalu berarti mendapat manfaat spiritual . Juga, karya musik klasik India yang dinyanyikan oleh seorang seniman yang sangat terkenal yang telah menerima pelatihan musik yang luas, sedangkan orang suci yang menyanyikan lagu spiritual, belum pernah menerima pelatihan formal. Perbedaan efeknya pada pendengar menunjukkan bahwa pelatihan musik konvensional mungkin bukan faktor utama dalam menentukan positivitas spiritual dari musik yang dinyanyikan.

MAV telah melakukan penelitian yang luas tentang jenis musik dan jenis vibrasi yang mereka pancarkan. Sifat spiritual dari setiap karya musik dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti ritme, melodi, harmoni, jenis instrumen yang digunakan dan juga vibrasi spiritual dari pemain. Ditemukan bahwa mantra-mantra Veda, beberapa lagu devosional dan musik klasik India adalah jenis yang paling  memancarkan vibrasi positif, sedangkan banyak jenis musik  lain bahkan memancarkan vibrasi negatif.

Global Music Report IFPI 2019 menyatakan bahwa total pendapatan dari pasar musik rekaman global untuk 2018 adalah USD 19,1 miliar (IFPI, 2019). Pada 2017, industri konser langsung menghasilkan USD 5,7 miliar (Pricewaterhouse Coopers, 2018). Namun, sesuai hasil penelitian spiritual, hanya sebagian kecil dari musik ini yang memancarkan vibrasi positif. Yang mengkhawatirkan, dengan penggunaan media digital online di mana-mana, penyebaran musik (yang memancarkan vibrasi negatif) bersifat instan dan dapat berlipat karena efek viral.

Makanan dan minuman

Ada pepatah, “kamu adalah apa yang kamu makan.” Ini adalah benar pada tingkat fisik, psikologis dan spiritual.

Dengan kemajuan dalam ilmu kedokteran, pemahaman tentang apa yang merupakan diet sehat (pada tingkat fisik) telah menjadi semakin terkenal belakangan ini. Namun, untuk semua kemajuan dalam ilmu kedokteran, aspek halus dari diet (makanan dan minuman) sebagian besar tidak diketahui.

Banyak percobaan telah dilakukan oleh MAV untuk mempelajari dampak dari berbagai  makanan dan minuman pada manusia. Berikut ini adalah beberapa temuan utama:

  1. Terlepas dari nilai gizinya, beberapa kelompok makanan seperti daging telah ditemukan memiliki efek merugikan yang signifikan pada aura seseorang yang dapat bertahan selama berhari-hari.
  2. Cara hewan disembelih dapat menghasilkan vibrasi negatif yang lebih tinggi yang disimpan dalam daging sampai dikonsumsi.
  3. Makanan dan buah-buahan vegetarian memiliki tingkat kepositifan spiritual yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daging.
  4. Makanan mentah dan sayuran dapat dipengaruhi secara spiritual oleh tanah   tempat tumbuhnya.
  1. Aura si juru masak juga memengaruhi vibrasi spiritual dari makanan.
  2. Di antara minuman yang dianalisis, susu sapi India, susu mentega, air kelapa, dan jus buah ditemukan lebih positif secara spiritual. Minuman seperti cola, anggur, dan alkohol ditemukan secara spiritual merugikan dan meningkatkan negativitas aura seseorang.
  3. Air yang merupakan kebutuhan bagi kehidupan manusia dipengaruhi oleh vibrasi halus yang lazim di lingkungan. Umat ​​manusia sangat berperan dalam memengaruhi vibrasi halus di lingkungan.
  4. Hingga kini, dari 15 merek air mineral / air dalam kemasan yang berbeda yang diuji vibrasi halusnya, ditemukan bahwa semuanya mengeluarkan vibrasi negatif.

Mengkonsumsi terus-menerus makanan dan minuman yang dominan  Raja dan Tama akan mempengaruhi psikologis manusia dan akhirnya mengurangi sattvikta dalam diri seseorang dan masyarakat pada umumnya. Menurut ilmu spiritual, ada juga dampak karma ketika seseorang makan daging. Yang paling memprihatinkan adalah skala masalah, dengan lebih dari 90% populasi dunia mengonsumsi daging (Figus, 2015). Ini berarti sebagian besar umat manusia cenderung menambah negativitas aura mereka  setiap makan daging. Tanggung jawab terletak pada produsen dan konsumen  untuk memastikan bahwa makanan dan minuman yang murni secara spiritual dikonsumsi, dan artinya daging dihilangkan dari diet seseorang.

4. Karakter dan kepribadian

Manusia sangat berperan dalam produksi dan konsumsi  barang dan jasa. Kepribadian seseorang (apakah dominan Sattva atau Tama ) akan memandu perilakunya, pilihan dan tindakannya baik dalam hal produksi dan konsumsi. Ada prinsip spiritual yang menyatakan, ‘suka menarik suka’. Ini berarti bahwa orang yang dominan Tama akan condong ke arah perilaku dominan  Tama.

Prinsip ini menjadi lebih relevan dalam kasus para pemimpin organisasi yang (meskipun mempraktikkan CSR tradisional) karena kurangnya pemahaman / kemampuan spiritual mereka akan terus membuat keputusan yang tidak murni secara spiritual yang akan berdampak buruk pada orang di organisasi mereka dan konsumen akhir di tingkat spiritual.

Akar masalah dari sikap yang salah dari seseorang adalah kekurangan kepribadian seperti keserakahan, egoisme, kemalasan, dll, sejalan dengan kurangnya latihan spiritual. Hanya dengan melakukan latihan spiritual sesuai prinsip-prinsip universal (SSRF, 2006) kepribadian seseorang dapat berubah secara permanen menjadi lebih baik.

5. Indikasi kegagalan dalam sistem saat ini

Orang mungkin bertanya-tanya, apakah vibrasi yang tidak murni secara spiritual atau aura negatif benar-benar memengaruhi seseorang sedemikian rupa?

Dari sudut pandang spiritual, setiap pilihan yang dominan Tama menambah negativitas spiritual dari diri sendiri dan masyarakat. Ketika Tama meningkat di masyarakat dan lingkungan, itu menjadi masalah di berbagai tingkatan. Melihat dunia di sekitar kita adalah kesaksian fakta bahwa umat manusia telah membawa kehidupan di bumi ke titik nadir (terendah sepanjang masa). Dengan meningkatnya tingkat depresi dan masalah kesehatan mental, korupsi, konflik, pengabaian lingkungan, perubahan iklim, dll., Terbukti bahwa kita sebagai ras manusia melakukan sesuatu yang salah dan kita tidak memiliki rem untuk menahan hal ini bergerak ke bawah.

Dalam Janapadodhvansaniya Vimana dari Charaka Samhita, dinyatakan bahwa ketika ada peningkatan ketidakbenaran, tanda-tanda tersebut tercermin dalam berkurangnya kualitas hidup, meningkatnya wabah, serentetan bencana alam bersamaan dengan perang dan konflik yang mengarah pada penghancuran komunitas. .

Tim peneliti telah melakukan lebih dari 25 percobaan serupa dengan yang diberikan di atas di mana ditemukan bahwa tren modern lebih sering  meningkatkan negatif. Tradisi India kuno karena dasar spiritual mereka ditemukan  lebih banyak kepositifan spiritual, sehingga mempengaruhi orang-orang dan lingkungan secara positif.

Sebuah studi penting dilakukan oleh MAV pada sifat halus dari sampel tanah dan air, yang dikumpulkan lebih dari 30 negara (termasuk negara maju dan negara kurang berkembang).

Jewnis vibrasi halus yang terpancar dari sampel Tanah dan Air

Menganalisa hampir 800 sampel dengan UTS, ditemukan bahwa lebih dari 85% sampel tanah dan air memancarkan vibrasi negatif. Namun, India adalah pengecualian. Itu adalah satu-satunya negara yang sampelnya menunjukkan tingkat kepositifan yang tinggi (hampir 70% sampel positif).

Terlepas dari berbagai masalah sosial yang melanda India seperti korupsi, polusi, dan kemiskinan, studi semacam itu menunjukkan bahwa India melakukan sesuatu yang benar, sedangkan bagian dunia lainnya tidak. Tim peneliti spiritual mengaitkan hal ini dengan kehadiran Orang Suci yang sangat berkembang yang melestarikan fondasi spiritual India. Banyak adat istiadat dan tradisi yang berlaku di India mendalami fondasi spiritual ini dan sebenarnya dirancang untuk meningkatkan kepositifan spiritual dan mengurangi negativitas, sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan spiritual. Dalam hal ini, dunia dapat belajar banyak dari pengetahuan spiritual India. Ini juga menunjukkan bagaimana latihan spiritual adalah cara yang kuat dan efektif untuk secara positif mempengaruhi lingkungan.

6. Faktor penentu keberhasilan untuk menggabungkan Spiritualitas dan CSR

Dari contoh di atas, jelas bahwa  kebijakan saat ini dan pemikiran tentang CSR adalah langkah penting ke arah yang benar, sangat penting bahwa kesejahteraan spiritual konsumen dan masyarakat diperhitungkan.

Skala dari permasalahan yang menyangkut semua aspek dan begitu luas sehingga orang bertanya-tanya bagaimana memulainya. Berikut ini termasuk beberapa hal yang perlu dilakukan agar CSR benar-benar menambah nilai bagi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

  1. Untuk memulainya, orang perlu diberi beberapa petunjuk secara luas tentang apa itu sattvik. Salah satu contoh pedoman adalah – untuk membuat pakaian warna yang lebih terang seperti putih, biru muda, merah muda muda, dll. yang berlawanan dengan hitam, hijau tua, dll.
  2. Perlu ada proses pendidikan yang membantu para pemimpin dari perusahaan, konsultan industri, lembaga pendidikan dan konsumen untuk memahami aspek ini dan berpikir tentang dampak apabila tidak memasukkan Spiritualitas dalam CSR.
  3. Orang-orang perlu mempraktikkan Spiritualitas sesuai prinsip Universal. Latihan spiritual teratur meningkatkan kemurnian spiritual dalam diri seseorang dan meningkatkan pengaruh positif dalam pilihan dan keputusannya.
  4. Salah satu hasil dari pertumbuhan spiritual adalah seseorang dapat merasakan vibrasi spiritual dan dengan demikian dapat membedakan antara produk dan layanan yang murni secara spiritual dan yang tidak .

7. Kesimpulan

Dalam tulisan ini, hanya sedikit industri yang terpapar dan bagaimana mereka dapat memberi dampak merugikan kepada masyarakat secara spiritual. Namun prinsip ini berlaku untuk industri apa pun. Melakukan kegiatan yang dominan Raja-Tama atau mengembangkan produk dan layanan yang memancarkan vibrasi Raja-Tama pasti akan meningkatkan pengotor spiritual pada konsumen dan masyarakat. Paparan terus menerus terhadap vibrasi Raja-Tama membawa degradasi dalam karakter seseorang, dan sebagai hasilnya, mengurangi tatanan masyarakat dan mencemari lingkungan secara spiritual. Adalah penting bahwa dunia memahami konsep ini dan mempraktikkan Spiritualitas, karena masa depan dunia bergantung padanya.

8. Daftar Pustaka

Athavale, J.B. (2016). Pentingnya Penghapusan Cacat Kepribadian & penanaman kebajikan. Panel: Sanatan Bharatiya Sanskruti Sanstha.

Figus, C. (2015, November 09). 375 juta vegetarian di seluruh dunia. Semua alasan untuk gaya hidup hijau. Diperoleh dari http://www.expo2015.org: http://www.expo2015.org/magazine/en/lifestyle/375-million-vegetarians-worldwide.html

Freeman, R. E. (1984). Manajemen Strategis – Pendekatan Pemangku Kepentingan. Penerbitan Pitman.

Penelitian Grand View. (2019, Juni). Ukuran Pasar Perhiasan Senilai $480,5 Miliar Pada 2025 | CAGR: 8,1%. Diperoleh dari https://www.grandviewresearch.com: https://www.grandviewresearch.com/press-release/global-jewelry-market

IFPI. (2019, 02 April). IFPI Global Music Report 2019. Diperoleh dari ifpi.org – International Federation of the Phonographic Industry: https://www.ifpi.org/news/IFPI-GLOBAL-MUSIC-REPORT-2019

Murthy, D.M. (2017). Aura Energy Dan Universal Thermo Scanner. Diakses pada 08 Jan 2017, dari vedicauraenergy.com: http://www.vedicauraenergy.com/universal_scanner.html

NIH. (2017). Depresi mayor . Diperoleh dari NIH – Institut Kesehatan Mental Nasional: https://www.nimh.nih.gov/health/statistics/major-depression.shtml

Passman, J. (2016, 23 November). Lagu Paling Santai di Dunia. Diperoleh dari Forbes.com: https://www.forbes.com/sites/jordanpassman/2016/11/23/the-worlds-most-relaxing-song/

Pricewaterhouse Coopers. (2018). Industri Musik Langsung Akan Bernilai $31 Miliar di Seluruh Dunia pada 2022. Diperoleh dari Berita Musik Digital – PWC Global Entertainment & Media Outlook 2019–2023: https://www.digitalmusicnews.com/2018/10/26/latest-live-music -pendapatan-31-miliar-2022/

Shira, D. (2019, 08 22). Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di India. Diperoleh dari Pengarahan India: https://www.india-briefing.com/news/corporate-social-responsibility-india-5511.html/

SSRF. (2006, Januari). Prinsip dasar latihan spiritual. Diperoleh dari ssrf.org: https://www.spiritualresearchfoundation.org/spiritual-practice/spiritual-principles/6-basic-principles/

unido.org. (2019, 08 31). Apa itu CSR? Diperoleh dari Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa: https://www.unido.org/our-focus/advancing-economic-competitiveness/competitive-trade-capacities-and-corporate-responsibility/corporate-social-responsibility-market-integration/ apa-csr

Winerma, L. (2017, Des). Dengan angka: Bangsa kita yang stres. Diperoleh dari American Psychological Association : https://www.apa.org/monitor/2017/12/numbers

Facebooktwitter