Komponen Dasar Terbentuknya Alam Semesta: Sattva, Raja, dan Tama

Abstrak

Komponen dasar terbentuknya Alam Semesta yang bersifat halus (non-fisik) terdiri atas 3 unsur, yakni sattva, raja, dan tama. Ketiga komponen dasar tersebut ada dalam semua benda hidup dan mati, berwujud dan tak berwujud, tanpa dikenali oleh ilmu pengetahuan modern. Vibrasi yang dipancarkan oleh benda apa pun tergantung pada komponen dasar non-fisik yang mendominasinya. Komponen-komponen dasar tersebut juga mempengaruhi perilaku/sifat dari segala sesuatu. Proporsi dari komponen-komponen ini dalam diri manusia hanya dapat berubah melalui latihan spiritual.

1. Pendahuluan dan Definisi Komponen Dasar Pembentuk Alam Semesta

Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memberikan suatu konsep dasar yang kuat mengenai 3 komponen dasar terbentuknya Alam Semesta yang bersifat non-fisik/halus. Hal ini penting karena akan menjadi titik awal dalam memahami banyak artikel di website kami.

Menurut sains modern, Alam Semesta terbentuk dari partikel-partikel fisika dasar yang terdiri dari elektron, proton, neutron, meson, gluon, dan kuark. Pada tingkat spiritual, Alam Semesta terbentuk dari suatu komponen yang lebih mendasar lagi. Ketiga komponen dasar pembentuk Alam Semesta ini dikenal sebagai 3 komponen dasar non-fisik (triguṇa) yaitu sattva, raja, dan tama. Kepanjangan dari kata triguṇa adalah tri berarti tiga, dan guna berarti komponen halus (non-fisik).

Ciri-ciri masing-masing komponen dijelaskan secara singkat dalam tabel berikut:

komponen DASAR Karakteristik Kata sifat Contoh
Komponen dasar sattva Kemurnian dan pengetahuan Sāttvik Manusia sāttvik – hidup melayani masyarakat tanpa adanya pengharapan akan penghargaan atau hadiah atau segala motif tersembunyi
Komponen dasar raja Aksi dan hasrat Rājasik Manusia rājasik – hidup lebih untuk peningkatan dan pencapaian pribadi
Komponen dasar tama Ketidaksadaran dan kelembaman Tāmasik Manusia tāmasik – tak masalah merugikan orang lain demi kemajuan diri sendiri atau bertujuan mencelakakan masyarakat

Kita menyebut komponen-komponen tersebut sebagai halus/non-fisik karena mereka tak berwujud, tidak bersifat fisik, serta tidak dapat dilihat dengan alat fisik misalnya mikroskop elektron tercanggih sekalipun. Secara teknis, instrumentasi fisika yang lebih maju di masa mendatang pun tidak akan mampu mengukur ketiga komponen dasar ini. Ketiganya hanya dapat dirasakan oleh organ indera halus/non-fisik atau indera keenam kita.

  • Komponen dasar Sattva adalah komponen yang paling halus/tak kasat mata (subtle; intangible) dari ketiga komponen dasar non-fisik Alam Semesta. Komponen ini adalah komponen yang paling dekat dengan ke-Ilahian. Kehadirannya dalam manusia ditandai dengan rasa bahagia, rasa bersyukur, kebajikan seperti sikap sabar, ketekunan, kemampuan untuk memaafkan, kerinduan spiritual, dan lain sebagainya.
  • Komponen dasar Tama adalah yang paling bawah dari ketiganya. Kehadirannya ditandai dengan rasa malas, ketamakan, kemelekatan pada hal-hal duniawi, dan seterusnya.
  • Komponen dasar Raja menyediakan bahan bakar bagi kedua komponen lainnya, yaitu membuat keduanya menjadi suatu aksi. Maka tergantung dari apakah seseorang lebih dominan sāttvik atau tāmasik-nya, komponen raja akan membuat keduanya menjadi suatu tindakan/aksi yang berkaitan dengan komponen sattva dan tama tersebut.

Sekolah dan universitas yang mengajarkan ilmu sains modern tidak menyadari keberadaan dari komponen-komponen tersebut, akibat sifat halus (non-fisik) dari komponen dasar sattva, raja, dan tama. Itulah sebabnya mengapa ketiga komponen dasar non-fisik ini tidak disertakan dalam kurikulum. Dampaknya adalah konsep akan ketiga komponen dasar ini menjadi asing bagi sebagian besar dari kita. Namun hal ini tidak mengurangi fakta bahwa ketiga komponen dasar ini meliputi keberadaan kita beserta Bumi tempat kita tinggal, bahkan mempengaruhi terbentuknya seluruh Alam Semesta. Tergantung pada komponen mana yang dominan di dalam diri kita, hal itu akan mempengaruhi bagaimana kita:

  • bereaksi terhadap suatu situasi
  • mengambil keputusan
  • menentukan pilihan
  • menjalani hidup

Kesulitan untuk merujuk dan memberi karakteristik fisik kepada ketiga komponen dasar tersebut disebabkan oleh sifat alamiah halus/non-fisik dari ketiganya. Melalui artikel ini, kami berupaya untuk menjelaskan esensi dari ketiga komponen dasar ini serta bagaimana mereka mempengaruhi hidup kita serta Alam Semesta di sekitar kita.

2. Perbandingan antara komponen fisik terkecil pembentuk Alam Semesta dan komponen dasar non-fisik

Tabel berikut menunjukkan beberapa perbedaan penting antara komponen fisik terkecil dalam sains modern dan komponen dasar non-fisik dalam ilmu pengetahuan/sains spiritual.

Parameter Partikel Fisik Terkecil Komponen dasar non-fisik
Jenis Fisik Non-fisik dan tidak berwujud
Cara Pengukuran Eksperimen dengan akselerator partikel atomik (cth: Large Hadron Collider) Dengan indera keenam melalui medium indera non-fisik kita.
Terdapat pada Segala hal dalam dunia fisik Semua ciptaan, baik dunia fisik, psikologis maupun spiritual. Partikel fisik terkecil adalah bentukan dari gabungan sattva, raja dan tama. Bahkan pemikiran-pemikiran kita, yang tak berwujud, terbentuk dari ketiga komponen ini.
Karakteristiknya Mempengaruhi sifat fisik dari ciptaan seperti misalnya apakah sesuatu adalah benda padat, atau cair dst. Mempengaruhi perilaku/sifat dari semua ciptaan, keputusan dan pilihan yang kita buat dst.

Namun komponen sattva, raja dan tama juga mempengaruhi sifat fisik, misalnya komponen tama menyebabkan materialisasi atau solidifikasi.

Diagram berikut diperoleh melalui indera keenam yang menunjukkan bagaimana rupa dari ketiga komponen dasar non-fisik ketika aktif.

3. Bagaimanakah bentuk dari ketiga komponen dasar non-fisik (triguna)?

Wujud gelombang komponen dasar pembentuk Alam Semesta

Ketiga komponen non-fisik di atas pada dasarnya adalah partikel tak berwujud. Di saat aktif, yaitu jika terdapat energi yang menyertainya, komponen-komponen tersebut akan muncul dalam bentuk gelombang.

Penjelasan Diagram:

  • Warna:  Komponen dasar sattva muncul dengan warna kuning, komponen raja berwarna merah, dan tama berwarna hitam. Ketiganya dipahami melalui indera keenam yang sangat aktif.
  • Panjang gelombang: Komponen dasar raja adalah yang paling aktif, seperti terlihat dari panjang gelombangnya. Komponen sattva yang lebih tenang memiliki panjang gelombang lebih panjang. Sifat alamiah komponen tama yang berantakan dan berubah-ubah tercermin dari panjang gelombangnya yang tidak berketentuan.
  • Amplitudo: Amplitudo dari komponen raja adalah yang tertinggi, karena merupakan komponen yang paling aktif. Amplitudo dari komponen sattva lebih rendah dan teratur, sedangkan komponen tama beramplitudo rendah dan tidak teratur.
  • Panjang: Panjang gelombang ditentukan sesuai dengan kebutuhan akan fungsinya.

4. Ketiga komponen dasar non-fisik dan kelima unsur kosmik pembentuk Alam Semesta

Ketiga komponen dasar ini juga membentuk kelima unsur Kosmik Absolut (Panchamahābhūtās). Kelima unsur kosmik tersebut adalah Tanah Absolut, Air Absolut, Api Absolut, Udara Absolut, dan Eter (Dzat) Absolut. Unsur-unsur kosmik tersebut juga tak berwujud secara alamiahnya dan sekaligus merupakan aspek non-fisik atas unsur-unsur yang dapat kita lihat serta rasakan. Sebagai contoh: unsur kosmik Air Absolut adalah bentuk non-fisik dari air yang kemudian membentuk sungai dan lautan, dst. Singkatnya, kelima unsur Kosmik Absolut ini adalah bahan dasar terbentuknya Alam Semesta. Namun, kelimanya juga terbentuk dari ketiga komponen dasar non-fisik.

Tabel berikut menunjukkan keunikan dari masing-masing unsur Kosmik Absolut dalam komposisinya sebagai bentukan dari ketiga komponen dasar non-fisik.

Ketiga komponen dasar non-fisik dan kelima unsur kosmik

Sattva Raja Tama
Tanah 10% 40% 50%
Air 20% 40% 40%
Api 30% 40% 30%
Udara 40% 40% 20%
Eter (Dzat) 50% 40% 10%

Seperti terlihat  pada tabel, unsur Kosmik Tanah Absolut memiliki kadar komponen tama yang tertinggi sehingga menjadi yang terberat. Komponen tama membatasi keberadaan/eksistensi sedangkan komponen sattva membuatnya semakin meluas/ekspansif. Hal ini menjelaskan mengapa unsur Tanah Absolut adalah yang paling rendah kualitasnya (inferior) di antara unsur lainnya. Ini juga menjelaskan bahwa unsur Eter (Dzat) Absolut adalah yang paling halus dan sattvik sekaligus juga yang paling kuat. Penurunan kadar tama di antara kelima unsur ini membuat unsur-unsur tersebut semakin tidak berwujud. Sebagai contoh, Api lebih bersifat non-fisik atau lebih tidak berwujud dari pada Tanah.

Manusia terbentuk dari komposisi yang lebih dominan unsur Tanah dan Air Absolut nya. Seiring dengan perkembangan spiritualnya, seseorang akan lebih berfungsi secara progresif di tingkatan yang lebih tinggi, seperti unsur Api Absolut, dst. Hal ini ditandai dengan pancaran cahaya dari orang tersebut. Di saat hal ini terjadi, kebutuhan fisik, seperti makan dan tidur, semakin berkurang. Kemampuan dan kapasitasnya untuk melakukan berbagai aktivitas juga meningkat secara kuantitatif dan kualitatif.

5. Ketiga komponen dasar non-fisik dan alam di sekitar kita

5.1 Bencana Alam

Peningkatan kadar komponen raja dan tama di dunia mengarah pada semakin maraknya peperangan, aksi terorisme, dan bencana alam. Peningkatan raja dan tama di dunia juga menyebabkan ketidakstabilan dari kelima unsur kosmik yang berujung pada bencana alam yang sangat parah. Silakan membaca artikel tentang alasan di balik peningkatan intensitas bencana alam.

5.2 Benda mati

Daftar berikut ini menunjukkan hubungan antara benda mati (pen: dalam hal ini adalah suatu tempat/lokasi) dan ketiga komponen dasar non-fisik.

Proporsi komponen dasar non-fisik di berbagai benda mati (dalam hal ini: lokasi)

Sattva Raja Tama
Kuil Tuhan, tempat suci, tempat ziarah 5% 1% 94%
Tempat biasa 2% 2% 96%
Tempat angker 1% 1% 98%

5.3 Makhluk hidup

Daftar berikut ini menunjukkan hubungan antara makhluk hidup dan ketiga komponen dasar non-fisik. Seperti yang terlihat dibawah ini, kehidupan memiliki nilai komponen sattva yang lebih besar jika dibandingkan dengan tempat religius sekalipun seperti pada daftar di atas.

Proporsi komponen dasar non-fisik pada beberapa makhluk hidup

Sattva Raja Tama
Saint/Orang Suci 50% 30% 20%
Orang biasa 20% 30% 50%
Orang jahat 10%2 50% 40%
Orang cacat mental 10%1 30% 60%
Hewan-burung 10–20%3 25–40% 40–65%
Tumbuh-tumbuhan 5–10% 10–15% 65–85%

Catatan:

  1. Pada manusia, intelek memiliki proporsi Sattva yang lebih tinggi dibandingkan dengan tubuh fisik dan mental (lihat tabel di bagian 6.1). Ketika kecerdasan bermasalah, seperti dalam kasus orang cacat Intelektual, komponen Sattva secara keseluruhan berkurang pada pada orang tersebut, dan seperti pada tabel diatas komponen Sattvanya hanya 10%, dimana kurang dari komponen Sattva rata-rata orang yaitu 20% . Kecerdasan yang bermasalah, dalam banyak kasus, disebabkan oleh takdir buruk yang dibawa sejak lahir.
  2. Sebaliknya, orang jahat menggunakan kecerdasannya hanya untuk perbuatan jahat, dan karenanya komponen Sattva dalam kecerdasannya berkurang, sehingga mengurangi komponen Sattva secara keseluruhan. Jadi, alasan pengurangan komponen Sattva pada orang cacat intelektual dan orang jahat berbeda.
  3. Dalam beberapa kasus di mana ada hewan sangat sattvik seperti contohnya sapi India, proporsi komponen Sattva bisa lebih tinggi dari 20%.

Hal ini juga merupakan satu dari alasan utama lainnya mengapa tingkat spiritual seseorang di dalam suatu bangunan memiliki dampak lebih besar terhadap vibrasi/ getaran keseluruhan yang memancar dari bangunan tersebut dibandingkan dengan vibrasi dari bangunan itu sendiri. Misalnya, jika seseorang dengan tingkat spiritual ‘Orang Suci’ (Saint) memasuki suatu bangunan dengan vibrasi negatif yang disebabkan oleh kesalahan konstruksi, dampak dari vibrasi bangunan tersebut tidak dapat mempengaruhi (terabaikan oleh) sang Saint/Orang Suci tersebut. Maka ilmu Feng Shui dan sains tentang bangunan dan halaman (Vasthushastra)  lebih berpengaruh pada orang-orang dengan tingkat spiritual lebih rendah atau pada mereka yang tidak melakukan latihan spiritual sama sekali.

6. Ketiga komponen dasar non-fisik dan manusia

Dalam sub-bagian berikut ini, kami menjabarkan tentang bagaimana ketiga komponen dasar non-fisik berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan kita.

6.1 Hubungan komponen dasar non-fisik dengan komponen terbentuknya manusia

 

Komponen dasar terbentuknya manusia

Karena komponen dasar non-fisik raja berhubungan dengan fungsi tubuh, proporsinya adalah sama di semua tubuh. Namun seperti yang dapat anda lihat dari tabel di atas, ada perbedaan cukup besar antara komponen-komponen sattva dan tama di berbagai tubuh. Hal ini memiliki dampak langsung pada kemampuan dari setiap tubuh tersebut untuk memberikan kita Kebahagiaan Sejati (Bliss) yang berkelanjutan dan berjangka panjang. Contohnya, komponen sattva di tubuh intelek (kecerdasan) lebih tinggi dibandingkan tubuh fisik. Oleh karena itu, kualitas kebahagiaan ketika kita terstimulasi secara intelek dan merasa puas oleh karenanya, lebih tinggi kualitasnya dan lebih tahan lama dibandingkan dengan kebahagiaan yang dialami karena tubuh fisik.

6.2 Hubungan komponen dasar non-fisik dengan tingkat kesadaran spiritual

Tingkat kesadaran spiritual dan proporsi dari ketiga komponen dasar non-fisik sangat terkait satu dengan lainnya. Namun hubungan mereka hampir seperti perumpamaan ayam dan telur. Dapat kita katakan bahwa tingkat kesadaran spiritual seseorang ditentukan oleh lebih dominannya komponen-komponen sattva, raja dan tama dalam dirinya. Atau dapat juga dikatakan bahwa lebih dominannya salah satu komponen sattva, raja dan tama menentukan tingkat kesadaran spiritual seseorang. Ketika kita melakukan latihan spiritual, kita mulai mengubah proporsi dari ketiga komponen dasar non-fisik di dalam diri kita menuju ke arah lebih besarnya proporsi komponen sattva dalam diri kita. Dengan kata lain, kita mengubah komponen tama menjadi sattva.

Ketika kita menghasilkan lebih banyak komponen sattva di dalam diri kita (secara proporsional terhadap dua komponen non-fisik lainnya), maka hal itu akan mempengaruhi tingkat kesadaran spiritual dan kepribadian kita secara positif.

Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan proporsi yang berbeda dari ketiga komponen dasar non-fisik dalam diri kita ketika kita meningkatkan tingkat kesadaran spiritual kita melalui latihan spiritual.

Komponen dasar non-fisik dan tingkat kesadaran spiritual manusia

Footnotes:

  1. Setelah tingkat spiritual 50%, proporsi ketiga komponen-komponen tetap statis. Alasan untuk ini adalah seseorang tidak dapat memiliki kurang dari 20% kompenen tama. Jika itu terjadi orang tersebut akan mulai kehilangan wujud fisiknya (menjadi imaterial). Jadi selama seseorang mempunyai tubuh fisik, komponen tama tidak dapat kurang dari 20%. Namun efek dari komponen-komponen terhadap orang tersebut menjadi ‘luruh’ seiring dengan kenaikan lebih lanjut dalam tingkat spiritual, begitu besar pengaruh dari tingkatan spiritual sehingga pada tingkat spiritual 80%, efek dari ketiga komponen menjadi terabaikan pada orang tersebut. Pada sub-bagian selanjutnya kami akan menjelaskan konsep ‘luruh’ ini dengan rinci.
  2. Selama seorang Suci (Saint) dengan tingkat spiritual 100% masih berada di dalam tubuh/raga-Nya, Ia akan terdiri dari ke-3 komponen dasar non-fisik juga. Begitu Ia meninggal dan keluar dari raga-Nya, maka semua tiga komponen dasar non-fisik menjadi nol dan Orang Suci/Saint tersebut menyatu sepenuhnya dengan Tuhan.

6.3 Berkurangnya pengaruh dari ketiga komponen dasar non-fisik seiring dengan kenaikan tingkat kesadaran spiritual

Ketika kita tumbuh secara spiritual, yang terjadi pada hakekatnya adalah kegelapan akibat panca indera, pikiran dan intelek mulai berkurang dan oleh sebab itu Jiwa (yaitu prinsip Tuhan YME) di dalam diri kita mulai bersinar terang. Mengacu pada diagram di bawah ini, hal ini juga dikenal sebagai disolusi/peluruhan dari panca indera, pikiran dan intelek. Kita menyebut panca indera, pikiran dan intelek sebagai kegelapan atau ketidaktahuan karena mereka membuat kita menjauh dari identifikasi diri menuju keadaan kita yang sejati yakni Tuhan YME di dalam diri kita atau Jiwa Sejati.

Jiwa, yang merupakan Tuhan di dalam diri kita, melampaui ke-3 komponen dasar non-fisik dan oleh karena itu tidak terbentuk dari komponen tersebut. Dengan demikian, semakin terang Jiwa menyala di dalam diri kita melalui latihan spiritual, semakin sedikit pengaruh dari ketiga komponen dalam mendikte kepribadian, pilihan dan tindakan kita. Pada tahap akhir dari pertumbuhan spiritual kita, ketika cahaya dari Jiwa hampir menerangi kita secara menyeluruh, kita menjalani hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan ketiga komponen menjadi ‘luruh’ sepenuhnya  dan tidak lagi memberikan pengaruh pada kepribadian kita.

Pengaruh komponen dasar non-fisik pada Jiwa Sejati

6.4 Hubungan komponen dasar non-fisik dengan kepribadian

Wajah manusia dengan komponen dasar dominan Sattva, Raja, dan Tama

Dalam tabel di bawah ini, kami telah menyediakan beberapa petunjuk yang akan membantu dalam membedakan jenis kepribadian yang ditampilkan seseorang sesuai dengan komponen dasar non-fisiknya yang lebih dominan.

Ini hanyalah petunjuk untuk memberikan pemahaman dasar bagi kita. Sebuah analisis yang tepat dari komponen dasar non-fisik dalam diri seseorang hanya dapat dipastikan melalui indera keenam.

Seorang Sāttvik

Seorang Rājasik

Seorang Tāmasik

Gangguan-gangguan kepribadian

Pengendalian penuh atas emosi, pemikiran dan tindakan

Marah, cemburu, bangga, egois, suka memerintah, mencari perhatian, rakus, melewati batas untuk memenuhi ambisi dan hasrat duniawi, khawatir, bekhayal/ melamun

 

Malas, tidak aktif, depresi, sangat egois, tidak memikirkan orang lain atau bahkan merugikan mereka untuk memenuhi tujuan egoisnya, cepat marah

Sifat baik

Semua sifat baik, jujur dan sesuai hukum, toleransi, tenang, intelek yang stabil, tidak egois. Akhirnya, akan melampaui sifat baik maupun buruk, tidak takut akan kematian juga.

Rajin tapi berusaha tanpa tujuan pertumbuhan spiritual.

Tidak ada

Cara utama untuk memperoleh kebahagiaan

Memperoleh pengetahuan, keterampilan, membantu orang lain, meditasi, meningkatkan tingkat spiritual. Akhirnya melampaui kebahagiaan-ketidakbahagiaan menuju Kebahagiaan Sejati (Bliss).

Mendapatkan kekuasaan, harta benda duniawi.

Makan, minum, hubungan badan dll.

Dalam hubungan dengan orang lain

Hidup untuk melayani masyarakat dan membantu orang -orang tumbuh secara spiritual. Di sini tumbuh secara spiritual diartikan dalam arti yang lebih universal sesuai dengan 6 prinsip dasar latihan spiritual

Egosentris atau membantu orang lain dengan penuh ego atas bantuan yang telah diberikan.

Merugikan orang lain. Paling tāmasik – merugikan masyarakat luas atas nama agama atau ideologi tertentu.

Tidur

4-6 Jam

7-9 Jam

12-15 Jam

Kekuatan spiritual

Tinggi

Sedikit

Sangat rendah 1

Catatan:

  1. Pengecualian dari ini adalah penyihir halus (mantriks) yang mungkin memiliki banyak kekuatan spiritual karena melakukan latihan spiritual untuk alasan-alasan jahat namun lebih dominan tamasik-nya.

Atribut-atribut ini tidak mengikat. Misalnya, seorang sattvik tertentu mungkin perlu 9 jam tidur atau seorang yang tamasik mungkin memiliki sifat baik seperti toleransi. Tetapi sifat seseorang ditentukan oleh jumlah total keseluruhan dari kebajikan-kebajikan dan gangguan-gangguan kepribadiannya. Maka seseorang tidak seharusnya menentukan dirinya sendiri atau orang lain berdasarkan satu atau dua karakteristik saja tetapi yang perlu dipertimbangkan adalah gambaran secara keseluruhan.

Selain itu, sangat jarang menemukan seseorang yang keseluruhannya adalah sattvik, rājasik, atau tamasik. Pada umumnya, seseorang bersifat campuran sattvaraja , raja-sattva, atau raja-tama. Seseorang yang ‘sattva-raja’ akan memiliki karakteristik dari kedua sattva dan raja dalam proporsi yang hampir sama dengan komponen sattva yang lebih mendominasi. Dalam kasus seseorang yang ‘raja-sattva‘, yang terjadi adalah kebalikannya.

Tergantung pada komponen dasar non-fisik yang paling dominan dalam diri seseorang, ia akan menunjukkan kepribadian yang sesuai dengan komponen tersebut. Namun sebanyak apapun seorang berusaha berpenampilan atau menutupi dirinya di balik pakaian-pakaian mahal dan aksesoris serta obrolan yang terlihat cerdas, vibrasi dasar yang dipancarkan orang tersebut akan tetap sesuai dengan komponen yang paling dominan dalam dirinya. Seseorang dengan indera keenam yang mendalam dapat melihat melampaui lapisan luar yang ditunjukkan orang tersebut kepada dunia dan menangkap frekuensi-frekuensi halus/non-fisik yang ia pancarkan. Sebagai hasilnya, mereka dapat dengan mudah mengetahui sifat dasar seseorang yaitu apakah orang tersebut sattvik, rajasik atau tamasik serta karakteristik-karakterisitik yang cenderung ia tampilkan.

Sebuah tes lakmus sesungguhnya dari komponen dominan seseorang adalah ketika orang tersebut berada dalam keadaan seorang diri. Saat seseorang berada dalam situasi di mana ia tidak dipantau, pada umumnya ia cenderung menunjukkan warna kepribadian yang sesungguhnya. Contoh berikut akan membantu dalam menegaskan hal ini.

Mari mengambil contoh dari sebuah kelas yang berisikan siswa 4 SD. Mereka adalah sekelompok yang berisik dan gaduh, dengan seorang guru yang mencoba dengan keras untuk mendisiplinkan mereka. Jika suara dari guru tersebut sangat tegas dia memiliki kesempatan baik untuk menjaga kelas agar tetap tenang. Sebagai hasilnya, kelas tetap tenang hanya di hadapannya. Namun begitu ia meninggalkan kelas tersebut mereka kembali kepada kenakalan-kenakalan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh anak-anak tersebut yang pada dasarnya bersifat rajasik dan tamasik. Di sisi lain, jika ada seorang anak yang sattvik di dalam kelas tersebut dan murid-murid lainnya mencoba untuk meminta partisipasinya dalam beberapa tindakan yang tidak benar seperti menganggu, memainkan lelucon buruk atau terlibat dalam kecurangan, anak yang sattvik tersebut akan benar-benar tidak dapat menuruti permintaan teman-temannya karena sifat dasar sattvik-nya. Ia kemungkinan besar akan merasakan perasaan tidak nyaman, daripada menikmati apa yang disarankan teman-teman sekelasnya. Ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika melakukan sesuatu tindakan yang salah. Maka daripada secara dangkal mencoba untuk mengubah anak-anak melalui ceramah-ceramah nilai moral, suatu perubahan permanen dapat terjadi jika mereka didorong untuk melakukan latihan spiritual dan dibesarkan di dalam lingkungan yang kondusif secara spiritual yang mana akan meningkatkan komponen dasar sattva mereka.

7. Ketiga komponen dasar non-fisik dan gaya hidup

Segala sesuatu di sekitar kita dapat dikategorikan sebagai sattvik, rajasik atau tamasik tergantung pada komponen dasar non-fisik dominan yang membentuk mereka. Komponen dasar non-fisik dominan dalam segala hal hanya bisa diukur melalui indera keenam.

Kita telah memberikan beberapa contoh umum tentang berbagai aspek dari dunia tempat kita tinggal dan komponen dasar non-fisik yang mendominasinya. Tergantung pada apakah kita merupakan individu yang sattvik, rajasik atau tamasik, maka kita juga akan tertarik ke arah hal-hal yang sattvik, rajasik atau tamasik.  Mengaitkan diri kita dengan komponen dasar tertentu melalui gaya hidup pilihan kita, juga akan meningkatkan komponen dasar non-fisik tersebut di dalam diri kita.

Komponen dasar halus dan gaya hidup manusia

 

8. Ketiga komponen dasar non-fisik dan hantu-hantu (setan, iblis, energi negatif, dsb.)

Hantu-hantu (setan, iblis, energi negatif, dsb.) pada dasarnya bersifat dominan raja dan tama. Hantu-hantu yang hirarkinya lebih rendah yaitu di bawah kekuatan spiritual 50% seperti hantu-hantu umum/biasa bersifat dominan rajatama. Hantu-hantu yang hirarkinya lebih tinggi yaitu di atas kekuatan spiritual 50% seperti penyihir dari Neraka tingkat ke-6 dan ke-7 bersifat dominan tama-raja.

Sebagaimana hantu-hantu lebih dominan raja-tama nya, mereka sering mengunjungi lingkungan-lingkungan raja-tama di Bumi karena mereka paling mungkin menemukan orang-orang yang dominan raja-tama nya di sana. Orang-orang dengan pikiran yang sejalan dengan mereka ini adalah target yang ideal untuk dirasuki dalam menjalankan rencana hantu-hantu tersebut di Bumi. Dengan kata lain, seorang yang dominan tamasik nya dan yang memiliki keinginan untuk merugikan orang lain beresiko tinggi dikendalikan oleh hantu untuk merugikan masyarakat.

Prinsip dibalik melindungi diri sendiri dari serangan hantu/setan adalah dengan meningkatkan sattvikta seseorang. Karena hantu-hantu adalah tama dominan mereka tidak dapat mentolerir orang-orang atau lingkungan yang tinggi sattvik nya. Untuk alasan ini mereka tidak dapat merasuki seorang Saint (Orang Suci) tingkat tinggi atau seorang Guru.

Lihat artikel tentang ‘Mengapa orang yang kerasukan bermanifestasi ketika berhubungan dengan pengaruh sattvik yang lebih tinggi?’

9. Kesimpulan

Poin-poin penting untuk diambil dari artikel ini adalah:

  • Kita semua memancarkan frekuensi-frekuensi Sattva, Raja atau Tama tergantung pada komponen non-fisik mana yang lebih dominan. Semakin banyak komponen dasar Sattva di dalam diri kita semakin baik kepribadian kita, semakin tinggi keberhasilan yang berkesinambungan dan kepuasan dalam karir, hubungan serta kehidupan kita.
  • Komponen dasar Sattva dapat ditingkatkan melalui latihan spiritual bersamaan dengan memisahkan diri kita dari pengaruh-pengaruh Raja dan Tama sebanyak mungkin.
  • Perkumpulan/pertemanan yang kita jaga adalah pengaruh kuat yang membantu kita dalam latihan spiritual.
  • Hantu-hantu mengambil keuntungan dari lingkungan dan orang yang dominan Tama-nya demi menjalankan aktivitas-aktivitas mereka untuk merugikan masyarakat dan mengurangi Kebajikan di dunia.